Sabtu, 21 Januari 2012

Mengadili Ekspektasi


Orang-orang bijak sering berkata, "Ekspektasi orang lain, sesungguhnya adalah takaran paling ekuivalen atas potensi yang kita miliki dalam diri kita", sebuah pendapat yang dahulu kala amat sangat tidak saya yakini kebenarannya, meskipun pada kenyataannya memang ada benarnya juga. Sebab, sebagai pemilik diri saya sendiri secara pribadi, tentunya saya adalah orang paling tahu mengenai batas-batas kemampuan saya sendiri. Tahu apa orang-orang itu sehingga mereka berani melimpahkan sebuah ekspektasi yang, menurut pribadi saya, di luar kapabilitas saya, sehingga kemudian mereka dapat menuntut saya dengan pelbagai cerca ketika saya gagal memenuhinya.

Dahulu kala, saya sering beradu argumen dengan Ayah saya ketika prestasi saya di bangku SMP tengah jeblok tidak keruan. Ya, dibanding masa-masa digdaya saya di bangku Sekolah Dasar, dimana saya selalu keluar sebagai juara kelas, prestasi saya di masa seragam putih-biru memang bobrok luar biasa. Boro-boro meraih jawara kelas, saya lebih sering tersisih dari persaingan memperebutkan posisi 10 besar yang membuat kolom "mendapatkan peringkat ke: ....." pada rapor saya lebih sering melompong tak bertinta.

Rabu, 18 Januari 2012

Ah, Baru Dua Tahun...


Tepat hari ini, blog saya yang dipenuhi tulisan-tulisan absurd doang-only-thok bin kamseupay ini akhirnya mengalami pertambahan usia menjadi 2 tahun. Sebenarnya, tujuan awal saya membikin blog ini sih cuman-hanya-just buat nulis-nulis iseng saja (baca: menyampah). Kalaupun ada yang mampir dan membaca, apalagi sampai ninggalin komentar, ya itu berarti membuktikan bahwa setan itu memang benar-benar ada, dan misi mereka menjerumuskan anak cucu Adam betul-betul mereka laksanakan, hahaha.

Saya ingat waktu pertama kali hendak menulis di blog ini, belum-belum saya sudah bingung memikirkan mau pakai kata ganti orang pertama apa nantinya di blog ini. Sebagai orang Javanese tulen, meskipun sempat beberapa tahun hidup di Jakarta pada masa orde baru, saya pada waktu itu sudah tidak terbiasa lagi memakai kata "gue", atau "guweh", atau "gw", atau bahkan "9uw3h" sebagai kata ganti orang pertama. Namanya juga nggak terbiasa, meskipun kebanyakan blogger memilih untuk menggunakan kata "gue" buat kata ganti orang pertama di blognya, saya nggak terpengaruh-keukeuh-ngeyel (baiklah saya mulai agak ter-influence gaya menulis Madame Kamseupay -____-') buat nggak menggunakan kata "gue" sebagai kata ganti orang pertama di blog ini, apalagi memakai "9uw3h". Terkhusus untuk yang terakhir, itu tentu saja sangat tidak bagus buat pencitraan saya, pffft.

Minggu, 15 Januari 2012

Menikmati "Ruang Tunggu"


Menunggu adalah sesuatu yang membosankan sekaligus menyebalkan. Terlebih lagi apabila kedatangan mengenai yang ditunggu masih dalam area abu-abu alias belum jelas. Sialnya, saya sedang terjebak dalam keadaan seperti itu sekarang. Menunggu dalam ketidakpastian. Entah sampai kapan.

Setalah lulus dari pergulatan masa-masa kuliah yang boleh dikatakan cukup berat (ayolah, kalian pasti tahu definisi "berat" yang saya maksud), tentunya saya mengharapkan untuk bisa segera terjun ke dunia kerja yang akan membebaskan saya dari beberapa perbuatan merepotkan orang tua saya, yah setidaknya mereka tak perlu lagi memberi saya uang jajan jika saya sudah bekerja. Akan tetapi keadaan yang terjadi sungguh berbeda dengan apa yang saya bayangkan. Alih-alih segera mendapatkan pekerjaan, saya justru harus masuk dahulu ke dalam aula bernama "ruang tunggu", sebagai rangkaian prosesi sebelum saya ditahbiskan sebagai pegawai, nantinya.

Menyebalkan memang, padahal sesungguhnya saya ini bukanlah orang yang gemar apalagi ahli dalam hal tunggu-menunggu. Beberapa kali saya merasa jengah juga ketika cuma bisa berdiam duduk sembari menanti-nanti pintu di ujung lorong sana supaya terbuka, lalu muncullah orang yang akan memanggil nama saya, sebagai pertanda bahwa giliran saya untuk "menunjukan kebolehan" telah tiba. Mungkin begitu juga yang dirasakan Carlos Tevez ketika di awal-awal musim ini lebih sering diparkir di bangku cadangan, alih-alih menghiasi daftar starting line-up Manchester City dan berjibaku di tengah lapangan bersama rekan-rekannya.

Selasa, 10 Januari 2012

Diego Michiels, Pelanduk Sepakbola Indonesia


Hidup adalah melulu soal pilihan, pun begitu yang terjadi dalam dunia sepakbola. Setiap entitas di dalamnya diberi macam-macam opsi, untuk kemudian berhak memilih salah satunya, yang diyakininya sebagai yang paling baik. Sesederhana itulah yang juga sedang dilakukan seorang Diego Michiels, pemuda keturunan Belanda yang memilih jadi Warga Negara Indonesia demi untuk mengenakan seragam kebesaran tim nasional dengan lambang garuda di dada sebelah kiri.

Pilihannya untuk mengundurkan diri sekaligus membatalkan kontraknya dengan Pelita Jaya secara sepihak, untuk kemudian menyeberang ke klub Liga (yang mengaku) Profesional bikinan PSSI sejatinya adalah tindakan yang mencederai nilai-nilai luhur sportifitas dan profesionalisme secara telak. Tentunya apabila tindakan Diego itu dilakukan bukan di ranah sepakbola Indonesia, dimana dualisi dan perpecahan sedang menjadi tren, dapat dipastikan bahwa Diego terancam sanksi mahaberat, entah dari klub, federasi sepakbola, atau bahkan dari FIFA sekalipun.

Sabtu, 07 Januari 2012

Scott Parker, The Underrated Midfielder


Harry Redknapp, manajer gempal berusia 64 tahun atau yang lebih dikenal sebagai "Houdini dari London Utara",  sepertinya sedang mendapati periode keemasannya bersama Tottenham Hotspurs musim ini. Sempat mengawali musim dengan dua kekalahan telak dari duo Manchester, Spurs, perlahan-lahan dibawa Redknapp merangkak naik ke papan atas klasemen, sebelum akhirnya mengakhiri tahun 2011 dengan bercokol di peringkat ketiga klasemen sementara English Premier League. Sebuah pencapaian terbaik Spurs di masa kepelatihannya.

Emmanuel Adebayor dan Jermaine Defoe boleh saja mencetak gol-gol kemenangan Spurs lewat gaya yang spektakuler. Gareth Bale dan Aaron Lennon mungkin bisa berlari dengan kecepatan bak mobil ferrari untuk menusuk ke pertahanan lawan. Sementara itu, Luka Modric dan Rafael Van Der Vaart boleh jadi adalah duo gifted midfielder dengan kemampuan passing serta visi permainan di atas rata-rata, tapi semua elemen tadi baru lengkap dengan kehadiran Scott Parker pada musim ini.