Sabtu, 31 Maret 2012

Arus Balik


Wah, tau-tau saja, sekarang bulan sudah berganti menjadi Maret rupanya -- bahkan sudah hampir berganti lagi menjadi April. Hmm, memang sudah lama sekali kelihatannya, sejak kali terakhir saya mau bersusah payah mengetahui tanggal di kalender buluk milik saya sedang menunjuk ke angka berapa dan hari apa. Lagipula -- waktu itu-- buat apa? tak ada manfaatnya buat saya.

Ya, sebagai seorang pengangguran ad-interim selama beberapa bulan ke belakang, dan ke belakang-belakangnya lagi, memang tak begitu banyak untungnya buat saya mengetahui tentang kedua hal tersebut. Semua hari nyaris tak ada bedanya buat saya. Mau itu Kamis pahing, Selasa pon, ataupun Minggu legi, saya tetap bisa bangun tidur sesiang mungkin, memilih-milih pakaian yang mau saya pakai secara anarkis, mandi hanya satu kali sehari, mengamati pergerakan chart lagu yang sedang booming di acara "dahsyat" setiap pagi, ataupun begadang sampai pagi buta untuk menikmati gol demi gol yang terjadi pada pelbagai siaran sepakbola dini hari. Semuanya bebas. Merdeka.

Tapi semua itu berubah. Saya kini menjadi sangat dependen pada sebuah kalender, meskipun ia bukan pacar saya. Boleh dibilang, apa yang akan menimpa saya pada sebuah hari, sekitar 58,39%-nya telah ter-pre determined oleh tanggal dan hari yang ditunjuk oleh kalender.