Selasa, 27 September 2011

September Thrill part 1: Postingan Telat Sisa-sisa Lebaran dan Ulang Tahun Saya yang Tidak Menarik

Kalau orang-orang banyak berpendapat bahwa September adalah bulan yang ceria, maka saya akan mengatakan kalau saya sependapat dengan mereka. Kenapa eh kenapa?? mudah untuk dijawab, karena September (khususnya tahun ini) banyak membawa saya melewati momen-momen ceria yang berkesan. Oleh karenanya pada tulisan ini saya akan mengajak kalian (entah siapa yang dimaksud kalian, nggak tau ada yang baca apa enggak) untuk menelusuri September dari sudut pandang saya. Yah, semacam review gitulah. Selanjutnya, postingan ini akan saya buat menjadi beberapa bagian, karena akan jadi sangat panjang sepanjang Sungai Amazon yang direbonding kalau hanya saya jadikan dalam satu postingan saja. Yasudahlah, daripada berlama-lama mari kita kemon!

*PART 1...

Tuhan sepertinya memang hendak menggariskan September tahun ini menjadi spesial dengan langsung membukanya melalui sebuah festive period bernama Idul Fitri alias Lebaran yang jatuh tepat pada tanggal 1 September. Iya benar, kita mengawali bulan September ini dalam keadaan (Insya Allah) kembali fitri alias bersih dari dosa. Yah meskipun tentu tidak semua yang berlebaran lantas menjadi kembali fitri, setidaknya euforia kegembiraan lebaran ketika bersilaturahmi dengan tetangga dan saudara serta waktu berkumpul-kumpul bersama keluarga pastinya merupakan momen-momen berharga yang berkesan. Pada lebaran tahun ini saya (lagi-lagi) nggak mudik, ini sudah tahun ketiga keluarga saya berlebaran di Jakarta. Kalau orang-orang punya tradisi mudik, saya punya tradisi enggak mudik -__- . Kata bapak saya, nanti saja mudiknya kalau saya sudah kerja, biar sekalian bisa ngasih tau simbah kalau cucunya sudah kerja katanya. Yah mau bagaimana lagi kalau sudah begitu.

Lebaran di Jakarta adalah anomali paling keren sedunia, jauh lebih keren daripada Justin Bieber didandani ala Uya Kuya dengan dipasangi kumis tipis Charlie Caplin. Bagaimana tidak, dalam sekejap Jakarta seperti sedang mengalami turun mesin, mesinnya gosong, lalu dijual ke pasar Taman Puring, tapi nggak laku-laku, kemudian hening........ (ini cerita apa sih sebenernya??) ƪ(˘(••)˘)ʃ . Jalanan Jakarta pada masa lebaran adalah surga dunia nomer 14. Beberapa ruas jalan ibukota nampak serempak menyelenggarakan car free day, nggak ada macet, nggak ada bunyi klakson yang bikin kuping mimisan, jalannya lengang, sepi, sampai-sampai mau kayang-sambil sikap lilin-sambil ngupil-sambil garuk pantat-di tengah jalan pun Insya Allah aman dari ditabrak mobil. Hal tersebut juga ikut meminimalkan aksi bunuh diri dengan modus menabrakan diri ke mobil yang lewat, karena memang mobil yang lewat juga jarang. Makanya kalau kalian mau bunuh diri pada saat masa-masa lebaran di Jakarta, lebih baik gunakan modus bunuh diri yang lain seperti misalnya makan opor kuah baygon, atau mungkin main flying fox tanpa tali dari gedung lantai delapan, dijamin kalian mokatnya lebih gampang (/‾▿‾)/ . Jakarta pada masa lebaran juga tampak seperti kota pasca konflik, toko-toko banyak yang tutup, mulai dari tukang ketok magic, tukang cukur, tukang sayur, sampai tukang pukul, semuanya rehat dari aktivitas lantai dagang mereka. Untuk cari makanan pun susah pada masa lebaran, karena jangankan mencari warung makan yang buka, pasar-pasar tradisional saja banyak yang tidak beroperasi. Lalu apa yang membuat ceria dari sikon tersebut? Tentu saja ketenangan Jakarta yang tidak biasa tersebut, sesuatu yang mungkin tidak akan ditemui pada keadaan normal, sesuatu itu terjadi pada bulan September tahun ini.

***
Selanjutnya mari melompat ke pekan kedua bulan September untuk melanjutkan tulisan aneh saya ini. Kalau boleh diusut, September sebenarnya memang sudah spesial bagi saya sejak saya lahir ke dunia ini. Sebabnya tentu saja karena saya lahir pada bulan ini, tanggal tepatnya adalah tiga belas, tahunnya seribu sembilan ratus sembilan puluh. Ulang tahun kali ini tidak saya rayakan dengan candlelight dinner bareng pacar karena saya memang nggak punya HAHAHAHA ┌(_o_)┐ *keselek kompor*. Maka dari itu, ceritanya pada ulang tahun yang ke dua puluh satu ini saya cuma traktir-traktir beberapa teman, itupun juga cuma beberapa karena dompet juga lagi nggak kondusif щ(ºДºщ). Seperti penggalan lirik lagu Pee Wee Gaskins yang berjudul Selama Engkau Hidup, saya mengutip:
Berkumpulah dengan teman - temanmu (jabat erat tangan yang biasa menikam)
Tiup lilin akan membuat ingat ( yang bersinar kelak akan pudar )
Makanya ulangtahun kemarin saya cuma kumpul-kumpul sama temen-temen. Yah, sesuai dengan judulnya lah, ulang tahun saya memang tidak menarik. Tapi yang namanya ulang tahun setidakmenarik bagaimanapun pasti akan membuat kita gembira, terutama ketika banyak mendapat ucapan selamat dari teman dan kerabat.
ini adalah bon traktiran saya kemarin, iya cuma teh manis 3 biji -__-'

Usia 21 Tahun sebenernya membuat saya merasa tua, tapi kan usia pada dasarnya hanyalah sebuah angka, sementara sikap dan perilaku adalah fakta (azeek). Maka saya lebih memilih untuk menjadi, seperti judul DVD-nya Seringai, Generasi yang Menolak Tua. Tentu saja tua dalam artian yang negatif ya, kalo yang positif mah bolehlah huhu. Jadi keinget sebuah kalimat legendaris dari buku Tatang Sutarma yang pernah saya baca (Iya ini, saya cuma ikut-ikutan Sule, padahal mah nggak tau siapa tuh Tatang Sutarma -__-) terdapat sebuah petikan:
Bertambah usia itu pasti, tapi menjadi tua itu pilihan
Maka dari itu tetaplah jadi muda selamanya, STAY YOUNG FOREVER!!
*bersambung ke part 2*

Sebagai bonus ini ada video dari Pee Wee Gaskins - Selama Engkau Hidup, untuk merayakan ulang tahun saya yang tidak menarik kemarin :D



Adios - Gale

Tidak ada komentar:

Posting Komentar