Kamis, 22 Desember 2011

Semua Orang Takut Kecoa : Kompilasi Sepuluh Lagu Indonesia Terbaik 2011 Versi Saya

Desember adalah titik kulminasi. Pada bulan terakhir dalam kalender penanggalan masehi ini, menjadi momen yang paling tepat untuk melihat kembali apa saja hal-hal menarik yang telah terjadi selama setahun kebelakang. Hal ini pula yang mendorong saya untuk membuat list mengenai sepuluh lagu Indonesia terbaik, yang telah dirilis pada tahun kelinci emas ini (selain itu karena ajakan sahabat saya, Gita Wiryawan, juga sik).

Niat awal saya sebenarnya adalah membuat list mengenai sepuluh lagu terbaik 2011 dari pelbagai macam musisi di seluruh penjuru dunia. Akan tetapi, berhubung wawasan musik mancanegara saya saat ini sedang tidak bagus, bahkan boleh dibilang sangat buruk, saya mengurungkan niat tadi dan lebih memilih untuk menyempitkan tema menjadi sepuluh lagu terbaik dari musisi-musisi Indonesia saja. Eits, tunggu dulu, hal ini juga tak lantas menjadi pembenaran bahwa wawasan musik saya soal lagu-lagu dalam negeri sangat hebat. Sama sekali tidak. Definisi terbaik disini juga sebenarnya sangat bias, karena list ini dibikin atas nama subjektifitas selera saya semata.

Ketahuilah kawan, perbedaan adalah hal paling alami yang ditakdirkan oleh Tuhan. Oleh karena itu, apabila ada perbedaan pendapat dan juga ketidaksetujuan mengenai list yang saya bikin ini, tak perlulah menjadi hal serius yang lantas diperdebatkan. Bukankah selera orang juga ditakdirkan berbeda-beda? Maka dari itu, dengan menyebut basmallah bersama-sama, mari kita sambut sepuluh lagu Indonesia yang berhasil menyita perhatian saya, sepanjang tahun 2011 ini, yang saya rangkum dalam Album Kompilasi "Semua orang takut Kecoa". Jangan tanya kenapa dinamakan demikian, suka-suka saya lah, ini kan blog saya. Oh iya, penomoran di sini juga tidak mencerminkan urutan / ranking ya....

"Basmallah!!".....

Jumat, 16 Desember 2011

#KamisKeBioskop : Trespass

Salam Olahraga!!
Jujur, saya awalnya sama sekali tak memiliki niat dan juga tak tertarik untuk menyaksikan film ini di bioskop, bahkan juga tidak dengan niat menontonnya di rumah melalui laptop butut saya, setelah link download-nya keluar kelak. Saya juga tak peduli di film ini ada seorang Nicolas Cage, yang menduduki posisi nomer lima dalam daftar aktor favorit saya sepanjang masa. Saya cuma benar-benar sedang tak tertarik untuk menyaksikan film semodel ini.

Maka jika pada akhirnya tulisan ini dibuat, yang secara tak langsung juga berarti saya telah menonton film ini langsung di bioskop, ada sebuah force majeur yang menyebabkan saya menonton film ini. Adalah akibat saya yang sudah memaksa-maksa dua kawan saya, Rahmat dan Suhe, agar mau menemani saya menonton film Sang Penari, maka demi timbal balik yang sepadan, mereka menodong saya untuk bersekutu menonton film ini, tepat setelah Sang Penari selesai disaksikan.

Kamis, 15 Desember 2011

#KamisKeBioskop : Sang Penari

Selama "liburan" ini, praktis, saya tak banyak memiliki kegiatan yang berarti buat dituliskan di blog ini. Banyak faktor yang membuat saya harus membatasi gerak-gerik saya selama masa "digantung" ini, dan hal yang paling umum serta maslahat tentu saja urusan duit. Yap benar, tak banyak alasan yang bisa saya lontarkan kepada Ibu, yang berlaku sebagai pemegang kendali penuh atas neraca keuangan keluarga, untuk membuka gerbang bailout bagi isi dompet serta ATM saya yang kian hari makin terkebiri ini *kemudian mengheningkan cipta*.

Tapi nasib memang kesunyian milik masing-masing, maka ketika saya terjebak dalam dilema "Minta uang segan, kerja tak dibolehkan", saya cuma bisa pasrah menyongsong nasib. Habis mau bagaimana lagi, mau ngerampok rumah tetangga, harus beli senjata dulu, uang saya saja tak cukup buat beli golok, pun pistol mainan, apalagi pistol beneran (¬_¬"), jadilah rencana merampok saya urungkan sejak dalam pikiran. Modal awal nggak memadai untuk merintis usaha di jalur ini.

Kamis, 01 Desember 2011

Melamun, Efek Rumah Kaca, dan Waktu-waktu yang Hilang

Sore sedang terdiam di beranda kesepian. Memandangi legit demi legit pohon-pohon beton yang tegak pada hamparan hiruk pikuk manusia sibuk. Pada akarnya yang menghujam bumi dalam-dalam, pohon-pohon itu berpijak. Tampak pongah, meski harus dijejaki ribuan pasang kaki di setiap lantai-lantainya yang mewah berbalut pualam. Jumawa dan gemerlap, arsitektur sudah berkembang pesat memang.
"Murung itu sungguh indah, melambatkan butir darah
Nikmatilah saja kegundahan ini, segala denyutnya yang merobek sepi." -
Melankolia

Kamis, 24 November 2011

Mengakrabi Kegagalan Sepakbola Kita

Gunawan Dwi Cahyo, setelah kegagalannya mengeksekusi penalti / detiksport
Senin malam, 21 November 2011, jadi malam yang pahit bagi seluruh insan sepakbola Indonesia. Timnas U-23 kita, yang sempat membumbungkan asa kita untuk berprestasi lagi, setelah dua dekade lebih tak pernah meraih gelar juara, harus takluk di kaki harimau-harimau muda malaya melalui drama adu penalti pada partai puncak SEA Games ke-26, cabang sepakbola. Sebuah hasil yang untuk kesekian kali, terasa pahit dan mengecewakan bagi kita semua.

Negerinya orang-orang gila
Mengikuti  perkembangan sepakbola nasional sejak tahun 2001, saya belum lahir ke dunia ketika gol tunggal Ribut Waidi ke gawang Malaysia pada menit ke 105, babak extra-time final SEA Games tahun 1987, mengganjar Indonesia dengan kemenangan sekaligus mengukuhkan Ricky Yacobi dkk sebagai peraih medali emas cabang sepakbola, untuk pertama kalinya sepanjang sejarah. Begitu pula ketika di Tahun 1991, ketika Timnas besutan pelatih asal Rusia, Anatoliy Polosin, meraih emas di SEA Games Manila setelah mengalahkan Thailand lewat adu penalti di babak final, saya hanyalah bocah yang belum genap berusia 1 tahun yang bahkan belum mengerti cara melafalkan "Gol" dengan baik dan benar.

Selasa, 15 November 2011

Tribune View: Iluminasi Garuda Muda, Indonesia 3 - 1 Thailand (SEA Games 2011)

Hari Minggu kemarin, 13 November 2011, saya berkesempatan mencicipi aroma kompetisi olahraga se-Asia Tenggara, SEA GAMES 2011, melalui salah satu cabang olahraganya, yaitu sepakbola. Cukup lama absen menduduki seat lapuk tribun stadion karena pelbagai alasan, maka hari itu saya akhirnya kembali ke "rumah ibadah" yang sangat dicintai ratusan juta jama'ahnya dari Sabang sampai Merauke, Stadion Utama Gelora Bung Karno.

Kalau boleh meminjam istilah milik John Bale, hubungan antara suporter dengan sebuah stadion dinamainya dengan istilah topophilia, dari kata topos yang berarti tempat, dan philia yang berarti cinta. Saya, dan juga puluhan ribu manusia yang memadati GBK malam itu, pasti paham betul akan kebenaran istilah itu. Karena memang menonton langsung di stadion, punya level kesenangan yang jauh lebih seru tinimbang melalui televisi atau nonbar sekalipun. Apalagi kalau tim yang kita dukung menang, hormon endorfin yang diproduksi tubuh bisa meningkat dua kali lipat dari biasanya. Berlaku juga untuk sebaliknya, kalau tim yang kita dukung kalah, nyeseknya juga bakal lebih menusuk tinimbang cinta ditolak :p *apeu*.

Halo, lama tak bersua
Dengan semangat bambu runcing, bersama tiga orang Wonogiri tulen, yaitu: Bonaventura Setiaji, militan Arsenal yang gemar melahap soal-soal akuntansi; lalu Andri Wijanarko, calon valuer yang juga penggemar The Virgin; dan terakhir mas Budy Soemardjo, Milanisti asal Jatisrono; berangkatlah kami berempat dari Bintaro menuju ke Senayan, dengan dikawal gerimis ringan.

Hari itu Indonesia akan berhadapan dengan salah satu rivalnya, Negeri gajah putih, Thailand. Menilik rekor pertemuan, Indonesia tak pernah menang kala bersua Thailand di ajang SEA Games dalam lima pertandingan terakhir. Sebagai suporter, yang bisa dilakukan adalah memberi dukungan langsung ke stadion sembari berharap rentetan catatan buruk itu akan berakhir.

Rabu, 09 November 2011

Penasaran... yang dilanjutkan


Kalau boleh jujur, kawan, sudah lama sekali, bahkan semenjak Napoleon Bonaparte masih melahap bubur kanji bertabur serpihan kayu manis dengan disuapi oleh ibunya, saya sudah berangan-angan ingin bertatap muka dengan dia. Oh bukan, dia yang dimaksud di sini bukanlah Napoleon Bonaparte. Adalah melalui tulisan-tulisan pendek, tidak sependek otak kiri saya tentu, yang sering saya baca, entah yang bernama panggil sebagai novel maupun yang berjuluk sebagai cerpen, saya mengetahui ihwal jejak keberadaannya.

Dia ada disana, masih di pulau yang sama dengan tempat saya mengetik tulisan ini sekarang, Pulau Jawa. Lebih spesifik, berada pada wilayah teritorial Imperium Ngayogjokarto-Hadiningrat. Menyoal koordinat garis lintang dan bujur, saya tak paham. Kau carilah sendiri pakai Google-Maps yang mahasakti itu, jaman kan sudah modern.

Senin, 07 November 2011

The Legends #3: Sir Alex Ferguson, The Man Who Can't Be Moved

Beckham menyebut Fergie sebagai sosok yang spesial
"It says a lot about Manchester United as a club and a lot about the manager when you consider how long he’s been there, and just look at the success we’ve had over the years. It’s been amazing. But that’s what happens when you have stability and a man that’s so passionate and hungry and has the love for one club that he has.” - David Beckham
Begitulah kalimat singkat dari David Beckham yang ditujukan pada sosok Sir Alex Ferguson pada helatan "Tribute to Sir Alex Ferguson" atas pencapaiannya selama 25 tahun menjabat sebagai manager salah satu klub paling sukses di muka bumi, Manchester United. Kalimat singkat, yang sedikit banyak sudah mengurai kehebatan sang gaffer di mata Becks, sekaligus mewakili kekaguman ratusan juta Manchunians dari segenap penjuru dunia, termasuk saya.

Sebagai manager paling sukses di jagad sepakbola Inggris dan dunia, Ferguson punya perjalanan panjang yang tak melulu mulus selama hidupnya. Berikut adalah rangkuman perjalanan hidup Sir Alex Ferguson semasa hidupnya hingga akhirnya mampu meraih kesuksesan selama 25 tahun menukangi Manchester United.

*****************


That's the attitude!
Alexander Chapman Ferguson lahir di distrik Govan, kota Glasgow, Skotlandia pada 31 Desember 1941. Anak dari pasangan Alexander Beaton Ferguson, seorang buruh galangan kapal, dan Elizabeth Hardie, yang bekerja sebagai buruh pabrik, ini tumbuh besar dalam keluarga yang mencintai sepakbola. Ayah Fergie adalah seorang militan Glasgow Celtics, salah satu raksasa sepakbola Skotlandia. Sebuah hal yang mau tak mau menumbuhkan kecintaan Fergie pada si kulit bundar.
Fergie kecil bersama adik dan kedua orangtuanya :3
Pada masa kecilnya, Fergie dibesarkan dalam keluarga yang sangat menjunjung tinggi toleransi dan menghargai adanya perbedaan. Asal tahu saja, Ayah dan Ibu Fergie adalah pasangan yang berbeda agama. Ayahnya diketahui sebagai penganut taat Katolik, sementara sang Ibu beragama Protestan. Perbedaan juga ditemui dalam hal fanatisme pada sepakbola. Meski sang ayah adalah seorang militan setia Glasgow Celtics, Fergie lebih memilih menjadi fans Glasgow Rangers, seteru abadi Celtics. Bersama sang adik, Martin Ferguson, Fergie mantap menjadi pendukung setia Rangers dan rela menjadi "musuh" sang ayah tiap laga Old Firm Derby dihelat.

Minggu, 30 Oktober 2011

Jogja Trip, Day 3: Pantai Aja!! Kayak di Santai...

Visit Jogja 2011
Pagi kedua dan juga hari ketiga saya beserta rombongan "Sekte agak Sesat tapi Tidak Murtad" pimpinan Ahmad Reza, orang Depok yang mengaku sebagai Nabi, dalam rangka perjalanannya mengambil kitab suci (halah) di Jogjakarta, berawal karena suara adzan masjid yang menganiaya lelap saya dengan menyerukan ajakannya untuk menunaikan sholat Shubuh. Alih-alih malah meneruskan tidur diselimuti dingin pagi Jogjakarta, setengah sadar, saya berlari ke pancuran untuk mengambil wudhu lalu bergerak menggagahi shaf (woalah, menggagahi kok ya shaf -_-') yang masih kosong di tengah-tengah jama'ah pagi itu.

Kemudian berlalulah sepasang raka'at yang relatif datar. Sepasang raka'at yang sesungguhnya tak teramat khusyuk buat saya karena fokus saya lebih tercurah pada usaha saya menahan kantuk, yang bukan main luar biasanya sanggup membuat saya mangap-mangap waktu sholat. Cepat-cepat setelah salam ditunaikan, saya kembali rebahan untuk meneruskan lagi episode berjudul tidur yang sempat ter-pause tadi. Sementara kawan-kawan saya yang lain sepertinya juga sepaham dengan saya. Mereka kembali pada barisan tidurnya masing-masing untuk melanjutkan tidurnya.

******************

"Hotel" kedua, Margo Yuwono  :p
Jam sudah bertengger pada angka tujuh saat saya terbangun untuk yang kedua kalinya (kalau tiga kali sebenernya akan dapat hadiah payung cantik, ah sayang sekali). Itu gara-gara suara Bayu Kartawidjaya, orang terlanjur kaya yang mengaku sebagai pemilik seluruh tanah di wilayah Cilandak, termasuk juga Citos dan KPP Pratama Cilandak (silahkan untuk tidak percaya). Sudah jam tujuh, begitu kata dia. Masih ngantuk dan malas, tapi mau tak mau kebersamaan saya bersama dunia mimpi harus diakhiri. Selain karena nggak enak sama mas-mas penjaga masjid hotel ini, kita juga harus siap-siap untuk berangkat ke tujuan berikutnya. Dan tujuan kita hari ini adalah............. Pantai Parangtritis!! Booyah.~

Jumat, 28 Oktober 2011

Jogja Trip, Day 2 : Ayo Kita Kemana-mana!

Terlalu lama waktu berlalu sejak postingan tentang hari pertama trip di Jogja berhasil saya selesaikan dengan penuh kecacatan di sana sini, baik dari segi kecacatan mental penulisnya  maupun kecacatan isi tulisannya #halah. Padahal, tidak seharusnya saya memberi jeda yang terlalu lama dan bersegera segera memposting kelanjutan dari tulisan tersebut. Tapi apa boleh bikin, keadaan sedang tidak kondusif belakangan ini.

Kata orang, waktu tak akan pernah menunggu kita. Ia akan selalu begerak konstan ke depan tanpa peduli apa dan bagaimana tentang diri kita. Dan hal itu benar sekali. Sebab ketika saya memintanya untuk menunda sejenak supaya memberi kesempatan pada alter-ego saya yang bernama kemalasan untuk ber-hierarki pada tampuk kekuasaan atas tubuh saya, tahu-tahu saya sudah tertinggal jauh di belakang jejak-jejak langkah gagahnya. Sadar kalau saya akan semakin ditinggal olehnya, maka saya ................. tarik kembali selimut untuk kemudian berleha-leha dan menyerah pada penjajahan kemalasan #hammer #batabig. Kalaupun akhirnya tulisan ini berhasil selesai (atau mungkin dipaksakan supaya selesai) ketahuilah bahwa ini semua berkat kalian wahai para penggemar setia saya. Karena tanpa kalian... saya bukanlah apa-apa. *dikeplak* *dilempar ke tengah jalan* *dilindes kopaja*.....

********
"Hotel" (yang tidak beruntung) menjadi tempat persinggahan -__-'
Thus, pagi itu saya terbangun sekitar pukul 06.21 pagi, dimana anak-anak yang lain masih banyak yang tertidur pulas seperti bayi-bayi iklan susu balita yang tidak lolos sensor. Kriyep-kriyep mata saya berusaha keras memetakan keadaan sekeliling sambil mengumpulkan nyawa-nyawa saya yang masih beterbangan. Sementara dari sudut sebelah barat berkumandang suara orang ngorok, yang ternyata adalah berasal dari Roni, semakin lengkap diiringi dengan suara alarmnya yang selalu berhasil membuat saya bangun, tapi buat Roni mungkin terdengar seperti suara ninabobo yang syahdu, karena nyatanya dia nggak pernah kebangun sampai alarmnya itu mati sendiri (¬_¬").

Kamis, 13 Oktober 2011

Jogja Trip, Day 1: Naik Kereta Api Tak Bolehlah Naik Dengan Percuma

Pagi hari, tanggal di henfon saya menunjukkan almanak pada 23 September 2011, sementara jam sedang berada pada posisi 06.28 am. Saya terbangun dengan kepala berat, tubuh saya tidak terbungkus sehelai benang pun, sprei biru dan guling kesayangan saya sudah berserakan di bawah kasur, botol-botol kosong bir bintang serta beberapa lembar uang ratusan ribu tergeletak di atas meja. Saya tak ingat apapun yang sudah terjadi semalam... *kemudian hening* ... Tunggu sebentar, kayaknya ceritanya ketuker sama prolog American Pie edisi ke-85 (¬_¬").

Keadaan sebenarnya nggak sekeren itu. Adalah saya yang terbangun kaget dikarenakan suara alarm punyanya Roni yang bikin kuping sembelit di pagi hari. Ajaibnya, Roni sama sekali nggak terusik dari tidurnya, dia malah tidur pulas kayak bayi di iklan pampers gagal tayang. Sementara itu Suhe, yang tidur sebelahnya juga nggak nunjukin tanda-tanda kesadaran sama sekali. Kemungkinan besar dia lagi mimpi naik bajaj rombeng yang super berisik, jadinya suara alarm tadi nggak kedengeran. Ah sudahlah, saya kemudian jalan ke ruang TV, sembari mengumpulkan nyawa saya yang masih belum genap betul. Di sana ada Reza, yang entah kapan datengnya ke kos saya, lagi asik memadu kasih melalui telepon genggamnya sambil guling-guling di depan TV.... Malas, begitu gambaran keadaan kosan saya pagi itu. Saya lalu beranjak ke kamar mandi untuk menunaikan tugas mulia bernama mandi pagi dan sikat gigi.

Jumat, 07 Oktober 2011

Jogja Trip, The Beginning : Dari Daerah Khusus Ibukota Menuju Daerah Istimewa... Tanpa Rencana

Ah, ternyata September sudah berganti menjadi Oktober yang ternyata adalah bulan kesepuluh pada kalender saya di rumah, dan mungkin juga di kalender rumah kalian (Yaiyalah gelaaa (¬_¬"), lu kata kalender beda-beda). Saat tulisan ini mulai dibuat, 7 Oktober 2011, ternyata kota Jogjakarta yang Istimewa dan Berhati Nyaman sedang berulangtahun yang ke-255 tahun. Sebuah kebetulan yang menyenangkan karena tulisan saya kali ini akan menceritakan bagaimana saya dan kawan-kawan saya bersilaturahmi ke Jogjakarta beberapa waktu yang lalu. Dan sebagai awalan, mari kita buka tulisan ini dengan ucapan selamat kepada yang sedang berulangtahun, SELAMAT ULANG TAHUN JOGJAKARTA!! ƪ(˘(••)˘)ʃ *niup terompet* \(‾▿‾\) (/‾▿‾)/ *sebar-sebar kertas glitter*┌(˘o˘)ʃ ƪ(˘o˘)ʃ *tepuk tangan*

********

Jadi sebenarnya perjalanan ke Jogja ini adalah sesuatu yang tidak diagendakan sama sekali sebelumnya. Awal mulanya hanyalah (kalau tidak salah ingat sih) obrolan antara saya, Roni, Reza, Bayu, dan Suhe, oh Usman juga ada hari itu, di teras kos saya yang berdebu dan ditemani beberapa gelas es teh dan kopi yang dipesan dari warkop terdekat. Hari itu sedang siang yang terik menggemaskan, menjelang adzan dhuhur. Kebetulan kita sengaja berkumpul siang itu karena memang hari itu adalah hari pendaftaran bagi mahasiswa tingkat akhir seperti kami, untuk mengikuti yudisium.

Awal mulanya sih rencana kita adalah pengembaraan (baca: menggembel) ke kota kembang, Bandung, dengan bermodalkan uang rapelan yang besarnya tidak sebesar payudara Malinda Dee, ditambah "jatah preman" dari 3 orang yang berulang tahun tapi belum melaksanakeun ritual traktiran. Bisa ditebak, salah satu dari tiga orang yang kurang beruntung itu adalah saya щ(ºДºщ) grraaahhh... *elus-elus dompet* *nangis di bawah air terjun*, jadilah uang rapelan saya yang sudah tidak seberapa itu jadi semakin tidak seberapa, karena ada seberapa yang harus didonasikan ke kas rombongan.

Oh iya, asal tahu saja, penetapan Bandung sebagai destinasi awal adalah karena otak-otak pervert teman-teman saya ini memang brilian. Tujuan utama mereka ke bandung ada 2, yang pertama adalah cuci mata liat cewek-cewek geulis Bandung, yang kedua adalah cuci mata liat cewek-cewek geulis Bandung! *apeu*

Tapi semua berubah ketika negara api menyerang.... *jeng jeng jeng* *kemudian hening*

Rabu, 28 September 2011

September Thrill part 2: Yudisium STAN dan Malam Perpisahan Angkatan

Heyho skipper, melanjutkan postingan saya sebelumnya yang part 1, maka postingan part 2 ini bermaksud untuk mengisahkan bagaimana sih jalannya Yudisium STAN kemarin sekaligus Malam Perpisahan Pajak Angkatan 2008. Mari geser scroll ke bawah dan baca baik-baik, lezgooo...

*Part 2

Jadi harus saya mulai darimana tulisan ini, hmm singkatnya begini saja, tanggal 22 September kemarin saya dan teman-teman se-angkatan dari spes Pajak dan Penilai/PBB resmi sudah menjadi alumnus STAN setelah dikukuhkan melalui prosesi yang-mereka-sebut Yudisium. Sebagai orang yang pergaulan inteleknya cuma selemparan batu kerikil, saya sebelumnya nggak tahu menahu sama yang namanya Yudisium. Saya kira dulunya Yudisium itu adalah anak haram dari hasil kawin silang antara Yodium dan Kalsium, tapi ternyata bukan (" `з´ ). Akhirnya, dari penuturan beberapa narasumber, barulah saya tau kalo Yudisium itu semacam prosesi pengukuhan kelulusan kami sebagai mahasiswa sebelum nantinya diwisuda.

Hari itu, pagi-pagi sekali, kira-kira pukul tujuh (untuk ukuran saya, jam 7 itu sudah pagi sekali), saya dan 2 orang kawan (sebut saja Roni dan Reza), yang malam sebelumnya menginap dikos saya lantaran kos-kosan mereka sudah habis masa kerjasamanya, sudah bersiap-siap untuk hajatan akbar mahapenting ini (hiperbol dikit, gapapa yah).

Selasa, 27 September 2011

September Thrill part 1: Postingan Telat Sisa-sisa Lebaran dan Ulang Tahun Saya yang Tidak Menarik

Kalau orang-orang banyak berpendapat bahwa September adalah bulan yang ceria, maka saya akan mengatakan kalau saya sependapat dengan mereka. Kenapa eh kenapa?? mudah untuk dijawab, karena September (khususnya tahun ini) banyak membawa saya melewati momen-momen ceria yang berkesan. Oleh karenanya pada tulisan ini saya akan mengajak kalian (entah siapa yang dimaksud kalian, nggak tau ada yang baca apa enggak) untuk menelusuri September dari sudut pandang saya. Yah, semacam review gitulah. Selanjutnya, postingan ini akan saya buat menjadi beberapa bagian, karena akan jadi sangat panjang sepanjang Sungai Amazon yang direbonding kalau hanya saya jadikan dalam satu postingan saja. Yasudahlah, daripada berlama-lama mari kita kemon!

*PART 1...

Tuhan sepertinya memang hendak menggariskan September tahun ini menjadi spesial dengan langsung membukanya melalui sebuah festive period bernama Idul Fitri alias Lebaran yang jatuh tepat pada tanggal 1 September. Iya benar, kita mengawali bulan September ini dalam keadaan (Insya Allah) kembali fitri alias bersih dari dosa. Yah meskipun tentu tidak semua yang berlebaran lantas menjadi kembali fitri, setidaknya euforia kegembiraan lebaran ketika bersilaturahmi dengan tetangga dan saudara serta waktu berkumpul-kumpul bersama keluarga pastinya merupakan momen-momen berharga yang berkesan. Pada lebaran tahun ini saya (lagi-lagi) nggak mudik, ini sudah tahun ketiga keluarga saya berlebaran di Jakarta. Kalau orang-orang punya tradisi mudik, saya punya tradisi enggak mudik -__- . Kata bapak saya, nanti saja mudiknya kalau saya sudah kerja, biar sekalian bisa ngasih tau simbah kalau cucunya sudah kerja katanya. Yah mau bagaimana lagi kalau sudah begitu.

Selasa, 06 September 2011

Hanya Batu dan Pisau Salju

Aku ingin saja jadi batu
batu apa saja itu
yang penting batu
batu...
B-A-T-U
batu peluru,
untuk dilempar ke kepalamu
yang sering acuh itu
atau batu kerikil kaku,
supaya merintangi langkahmu
lalu melukai telapak-telapak lembutmu
mungkin juga jadi patung batu,
yang bisa mengabaikan kehadiranmu
pura-pura tak melihatmu pun sudah tak perlu
ah, itu sulit sekali tentu
aku jauh lebih ingin jadi batu-batu yang bukan itu
jadi batu pondasimu,
untuk diletakkan salah satu harapanmu
yang membangun masa depanmu
jadi kerikil di halaman rumahmu pun aku mau,
supaya aku bisa melihatmu menyapu
atau saat kau menjemur baju
hmm, aku memang terlalu lugu
sebab batu apapun juga pasti takkan dianggapmu
karena cinta tidak berakhiran huruf "u"

-6 Sept 2011, belahan timur Jakarta, tidak ada salju-

Adios - Gale

Senin, 29 Agustus 2011

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1432 H

Akhirnya.... setelah berpuasa selama sebulan, sampailah kita pada saat yang berbahagia yaitu Hari Raya Idul Fitri 1432 H, hari yang tentu ditunggu-tunggu oleh umat Islam di seluruh penjuru dunia. Di Indonesia sendiri, meskipun sempat menuai polemik, akhirnya pemerintah memutuskan untuk menetapkan (hmm bahasa orde baru banget ya ini :P ) Hari Raya Idul Fitri jatuh pada hari Rabu 31 Agustus 2011. Yah, sebagai warga negara yang baik, saya sih bakal ngikutin tuh keputusannya pemerintah, walaupun sebenernya sudah kurang berminat puasa lagi hahaha.

Nah sesuai tradisi di Indonesia, biasanya saat lebaran orang-orang akan saling berkirim salam dan ucapan selamat lebaran, serta salam tempel (nah sebenernya ini nih yang paling ditunggu). Maka dari itu, ini saya kasih beberapa contoh ucapan selamat lebaran yang saya ambil dari www.ojonesu.com, nah berhubung ini semua ditulis dalam bahasa jawa, bagi yang kurang paham maksudnya silahkan beli kamus bahasa jawa dan obat cacingan di pos polisi terdekat ya...

Sabtu, 20 Agustus 2011

Berharaplah, tapi...

Malam tadi seorang kawan berkeluh kesah pada saya. Keluh kesahnya mungkin juga pernah dialami oleh siapapun juga, yang pernah merasakan jatuh cinta. Dia berkisah betapa dia salah menaruh harapannya tinggi-tinggi pada pujaan hatinya. Sayang harapannya jauh panggang dari api, pujaan hatinya punya seorang idaman lain. Bukan dia orangnya. Kemudian terlontarlah sebuah pertanyaan standar khas orang-orang patah hati dari mulutnya :

"Apa gue salah Lih, jatuh cinta sama dia?"

"Kenapa gue mesti jatuh cinta sama dia sih Lih?"

Jumat, 12 Agustus 2011

Menuju Wisuda, dan Mencoba Melampauinya!

Mengantri itu menyebalkan, cukup sama menyebalkannya dengan dibokerin biawak terbang yang tokainya encer-encer nanggung sedikit kenyal *muntah. Lantas apa yang ada di pikiran orang-orang ini ketika mereka memutuskan untuk mengantri semenjak bilal adzan shubuh baru mulai pemanasan kerongkongan, padahal loket baru dibuka sekitar pukul 08.00 pagi?

Apakah mereka ingin beli tiket pertandingan timnas Indonesia?
Apakah mereka ingin beli tiket mudik ke kampung halaman?
Apakah mereka ingin melihat payudara Malinda Dee yang baru dioperasi?

Rabu, 10 Agustus 2011

Beginilah Yahh...

Halo teman-teman , perlu saya ingatkan kalau ini adalah postingan yang didasari atas sebuah kegalauan. Oleh karenanya, sebaiknya kalian jangan memaksakan membaca tulisan ini kalau tidak mau tahu menahu soal kegalauan saya. Langsung kalian scroll aja pointer kalian ke bawah, atau malah tutup aja jendela browser kalian sekalian, terus kalian kumur-kumur pakai es kelapa muda, terus berenang di kolam sirup, dijamin puasa kalian batal. *langsung nyetel lagu Opick
 
Galau itu sangat manusiawi, dan setiap orang pasti pernah merasakannya, bahkan si Patrick yang imbisil itu saja pernah galau juga. Contohnya di salah satu episode Spongebob, Patrick kan pernah tuh pas dia mau berangkat ke Amrik dia jadi galau karena bingung mau pamitan atau nggak sama cewek yang dia taksir, soalnya mereka lagi marahan gitu. Beruntung cewenya kemudian nyusul Patrick ke bandara dan mereka berpelukan di sana, Patrick terus janji kalo dia bakal balik sembari ngasih buku yang ada puisi berjudul “Ada Apa Dengan Cinta” di halaman terakhirnya. Ceweknya akhirnya nangis tersedu-sedu melihat kepergian Patrick (oke, saya ketuker antara Spongebob sama AADC). Hal ini membuktikan kalau galau itu Universal dan bisa diterima oleh berbagai pihak, Hidup Galau! Forza Galau! Turunkan harga Kolak! Turunkan Harga Gorengan! #MentalMahasiswaLagiPuasa. Makanya wajar kalau kali ini saya juga ikut galau karena sesuatu.

Rabu, 03 Agustus 2011

Saya Tidak Suka Nonton Berita

Seminggu terakhir ini akhirnya saya kembali menonton salah satu acara televisi paling membosankan (dan menyebalkan) di Indonesia yaitu: siaran berita. Setelah cukup lama vakum nonton berita, akhirnya kehidupan saya yang tentram sentosa seketika bubrah ketika mata polos saya menyaksikan berita-berita yang berseliweran di tipi-tipi belakangan ini. Coba deh, seminggu aja puasa nonton acara berita, niscaya kalian akan berubah menjadi stereotip Syahrini yang selalu bersyukur dalam setiap keadaan, contohnya:

“Alhamdulillah yahh, Indonesia itu Negara yang indah”,
“Alhamdulillah yahh, Indonesia itu keren”,
“Alhamdulillah yahh, Indonesia itu Negara yang subur”,
“Alhamdulillah yahh, Galih ganteng banget”.

Biarin lah rada nggak up to date sedikit, daripada jadi up to date banget tapi paranoid, berasa madesu dan sering garuk-garuk kepala, oh yang terakhir sih karena emang banyak ketombenya ya.

Acara berita tuh nggak ada bagus-bagusnya, isinya melulu didominasi berita-berita kasus, kejahatan, dan segala rupa kabar buruk lainnya. Kalaupun ada berita baik, paling cuma jadi selingan yang tayang kurang lebih 30 detik, padahal biawak aja waktu bokernya lebih lama dari 30 detik (ini apa hubungannya??). Satu hal lagi yang bikin males liat berita, adalah kebanyakan berita sudah kehilangan fungsinya sebagai pewarta bagi audiensnya, tapi justru malah jadi alat propaganda politik yang penuh tipu daya (azeek, bahasanya keren), nggak semua sih tapi kebanyakan begitu menurut saya.

Kamis, 28 Juli 2011

Tribune View : Maju Terus Garuda!, Indonesia 4 - 3 Turkmenistan (PPD 2014)

Malam ini saya kembali jadi saksi betapa Indonesia itu, yang katanya Andi Bachtiar dalam salah satu tulisannya, adalah negerinya orang-orang gila. Iya, kami memang gila, dan kami justru bangga disebut gila. Bangsa ini memang sangat gila, kepada sebuah olahraga yang bernama sepakbola.

Malam ini, saya, untuk kesekian kalinya dibuat merinding ketika National Anthem kita, Indonesia Raya, bergaung dengan sangat dahsyat di Stadion Gelora Bung Karno. Ini yang namanya Nasionalisme itu, kami semua berteriak lantang tanpa malu-malu melantunkan bait demi bait, tak peduli merdu atau tidak. Sesuatu yang dulunya tak pernah saya temui ketika upacara bendera di sekolah. Kami memang tidak saling mengenal satu sama lain, tapi toh peduli setan dengan hal tersebut, kami datang untuk negara ini, Indonesia.

Malam ini pula, saya dan mungkin juga seluruh rakyat Indonesia, mendadak lupa dengan siapa itu Nazarrudin, siapa itu Gayus Tambunan, sengketa-sengketa mafia hukum, kasus-kasus korupsi, dan juga permasalahan hidup kami selama 90 menit. Kami larut dalam sebuah pesta rakyat.

Maka ketika sundulan Christian Gonzales melesat masuk ke sudut gawang, pecahlah euforia dan histeria. Senyum-senyum kegembiraan berhamburan, kami berpelukan, mengepalkan tangan, meloncat kegirangan serta membunyikan terompet keras-keras. Semuanya gegap gempita. Kemudian berturut-turut ketika El-Loco dan Mohammad Nasuha kembali menambah angka pada papan skor, euforia itu makin menggila. Kami bungah, kami merasa bangga sebagai sebuah bangsa. Indonesia jumawa dengan keunggulan sementara 3-0.


Lalu ketika lawan mulai mengejar ketertinggalan lewar sebuah gol, kami teriakkan lagi yell-yell kami. Kami kibaskan lagi syal-syal kami. Kami tabuh lagi genderang-genderang kami. Kami tiup lagi terompet-terompet kami. Dengan lebih kencang, lebih keras, dan lebih membahana. Tujuannya jelas, membangkitkan lagi kepak sayap Garuda-garuda Merah Putih. Berhasil, Muhammad Ridwan mencatatkan namanya di scoresheet, 4-1 Indonesia kembali memimpin jauh.

Minggu, 17 Juli 2011

Keping Puzzle Terakhir Manchester United

Salam Olahraga!!
Apa kabar mitra sepakbola di seluruh penjuru dunia semua? pada masa libur kompetisi seperti sekarang ini tentunya kita-kita sebagai jamaah taat liga-liga sepakbola dari pelbagai penjuru dunia, dipaksa untuk berpuasa menikmati atmosfer persaingan tim-tim elit dari liga-liga top dunia. Sebagai gantinya, kita disuguhi "persaingan" tim-tim tersebut di luar lapangan, yakni dalam hal transfer pemain. Bursa transfer adalah periode yang menarik untuk diikuti, karena selain agar kita selalu update mengenai susunan pemain suatu klub (pasti malu kan gak tau kalo Torres sekarang main di Chelsea, trus nyeletuk di tongkrongan kalo Torres masih jadi andalan Liverpool) juga sebagai ancang-ancang kita menyambut gemerlap musim berikutnya, yang tentunya akan lebih gempita dengan hadirnya muka-muka baru.

Pada tulisan ini, saya akan membahas sedikit mengenai pergerakan tim kesayangan saya, Manchester United, di bursa transfer musim panas kali ini, yang menurut saya cukup membuat geregetan fans-fans mereka di seluruh penjuru bumi.

Kamis, 14 Juli 2011

Semoga!


“Sebaik-baiknya manusia adalah yang bisa bermanfaat bagi orang lain”
Begitulah petikan kalimat yang kubaca dari sebuah buku berjudul “5cm” karangan Donny Dirghantoro beberapa waktu yang lalu. Terdengar klise dan simpel, tetapi pada praktiknya, tak semua orang telah memberikan manfaat bagi orang lain. Begitupun dengan aku, sudah lama tak pernah jadi sesuatu. Aku hanyalah penggembira, dari garda belakang.
Lalu akhirnya, sebulan terakhir ini, aku bisa merasakan bagaimana rasanya bermanfaat bagi orang lain. Tak melulu untuk hal yang besar-besar memang, tapi masa bodoh dengan itu, karena perasaan merasa berguna, sekecil apapun itu, akan memberi kepuasan tersendiri.
Meski itu cuma sesederhana memberi tahu di mana letak toilet, mengantar berkas-berkas ke lantai atas, mengetuk-ngetuk tuts keyboard hingga terdengar gaduhnya dari seberang sekat, atau membuka tumpukan amplop-amplop yang disegel rapat oleh pengirimnya. Iya, cuma sesederhana itu, tapi itu kan yang namanya bermanfaat itu??...
Esok adalah awal, awal dimana aku memulai jalan kembali kesana. Akan datang lagi waktu-waktu itu, dimana aku akan bisa (lebih) bermanfaat lagi. Semoga!
Bangun pemudi pemuda Indonesia
Tangan bajumu singsingkan untuk negara
Masa yang akan datang kewajibanmu lah
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa

Selasa, 28 Juni 2011

Hujan...


jalan berhenti…terhalang datangnya hujan ini
aku mencari…berlindung jauhkan basah diri
Petang ini aku mengerti kalau hujan itu bukan sahabat yang baik. Ia membuatku gagal pulang tepat waktu. Mungkin sebenarnya ia bermaksud baik dengan muncul pada sore hari. Dengan begitu ia hendak melunturkan penat-penat kami ini yang seharian bekerja dengan guyuran derasnya. Tapi kadang niat baik saja tidak cukup, belakangan malah antitesisnya yang kami harus peroleh.
kutunggu lama hingga hujan reda
menunggu lama hingga hujan reda
melamun lama hingga hujan reda
belum terdengar nada nada reda
Hujan menjauhkan jarak rumahku sore ini. Sangat besar, delapan kali lipat jauhnya dari yang biasa. Tapi ia juga membuatku delapan kali lebih bahagia ketika akhirnya aku menggapai pintu rumah. Dingin di badanku pergi begitu saja
akan kutemui wajah wajah asing tanah ini
ku akan pergi saat hujan reda
walaupun lama pasti reda juga
tangga pelangi akan segera tiba
Aku boleh dikata beruntung kali ini, karena esok adalah hari merah. Aku masih bisa merebah dalam lelah. Wahai hujan, lain kali jangan datang sore hari.

*latar musik: Koil - Lagu Hujan

Adios - Gale

Senin, 27 Juni 2011

Mereka-mereka yang "Mengagumi" Kemacetan

Macet memang bukan sesuatu yang indah untuk dikagumi, tetapi ia adalah sesuatu yang unik sehingga juga layak untuk "dikagumi". Ada pelbagai macam cara orang-orang untuk "mengagumi" kemacetan, karena keunikan dari sebuah kemacetan adalah relatif di mata tiap-tiap manusia. Apresiasi heterogen nan majemuk akan kita temui darinya. Oleh karenanya, posting kali ini saya dedikasikan sepenuhnya untuk mereka-mereka yang "mengagumi" kemacetan, berikut ini beberapa apresiasi "kekaguman" dari beberapa orang tentang kemacetan yang pernah saya temui di pelbagai momen dan kesempatan:

  1. "Waduh, kejebak macet dan kebelet pipis, lupa bawa botol plastik lagi.." - Adrie Subono, Promotor (dari salah satu tweetnya / @AdrieSubono)
  2. "Dulu kalo macet, cuma bisa dengerin 1-2 lagu dari CD, sekarang bisa sampe 2 album. Luar biasa, terimakasih macet!" - Indra Herlambang, Presenter (dinukil dari bukunya "Kicau Kacau")
  3. "Gila, jalan tol sama jalan biasa macetnya sama-sama ampun-ampunan." - Haryo Prabowo, Mahasiswa PKL (ketika hendak pulang dari kantor)
  4. "Wow Wonogiri kok iso-isone macet saiki. (Wow, wonogiri kok bisa-bisanya macet sekarang)" - Ikhsan Akbarry, Mahasiswa asal Wonogiri (mengomentari kemacetan di Wonogiri dikala Idul Fitri tiba)
  5. "Asem, wis tangi kawanan, ning dalan macet, tekan kantor telat. (Asem, udah bangun kesiangan, di jalan macet, telat nyampe kantornya)" - Santoso Wahyu Utomo, PNS (Mengalami pemotongan gaji karena terlambat)
  6. "Justru kemacetan inilah yang membuat saya semakin mencintai dan selalu merindukan Jakarta." - Bambang Pamungkas, Striker timnas Indonesia (dari salah satu tweetnya / @bepe20)
  7. "Tiap ada pertandingan Persija di Senayan, pasti jalan Sudirman ini macet gak karuan" - Pengendara Mobil Skeptis
  8. "Ada atau nggak pertandingan Persija, Jakarta tetep aje bakal macet!" - Jak Online, salah satu komunitas The Jakmania (dari salah satu tweetnya / @JakOnline)
  9. "Diharapkan kedepannya, Proyek Busway Transjakarta ini dapat mengurangi kemacetan di Jakarta." - Bang Yos, Mantan Gubernur DKI Jakarta (Mengomentari pencanangan proyek Busway pada masa kepemimpinannya)
  10. "Saya akan berusaha untuk mengurangi kemacetan di Jakarta." - Bang Foke, Gubernur DKI Jakarta saat ini (dalam salah satu kampanyenya dulu)
  11. "Arggggh sial, macet di BAB II. Gimana ini!!!" - Mahasiswa Semester Akhir (sedang gencar-gencarnya mengerjakan skripsi)
  12. "Bangkeee! pas Miyabi lagi hot-hotnya kasetnya malah macet" - Gerombolan pemuda-pemuda yang kelebihan hormon (sudah tahu kan mereka sedang apa?)
  13. "Yah kaset GTA-nya macet mulu nih" - Anak kecil, pemain setia game GTA yang selalu pakai cheat tiap main (Suasana rental playstation sedang gaduh)
  14. "Selagi masih di Jakarta, dinikmati sajalah macet ini." - Wahyu Fauzy, Mahasiswa semester awal (Nampaknya sudah pesimistis dengan penempatannya kelak)
  15. "Apa-apaan ini gerbang Kalimongso aja macet!" - Mahasiswa STAN (ketika jam-jam berangkat saat ujian semester)
  16. "Pasti kredit motornya macet tuh" - Seorang tetangga (kala mengomentari tetangganya yang motornya diambil dealer)
  17. "Macet lagi, macet lagi, gara-gara si Komo lewat." - Kak Seto, Ketua Komnas PA (dalam penggalan lagu "Si Komo" ciptaannya)
  18. "Jalanan sama cinta, sama-sama macet" - Galih Raka, Anak Emo~
Adios - Gale

    Kamis, 09 Juni 2011

    Rindu itu Sebuah Pena

    Rindu itu adalah pena. Ia menggoreskan setiap ceritanya. Setahun yang lampau, dua malam yang lalu, atau mungkin kisah-kisah yang mana saja. Liukannya kadang indah hingga sanggup membuat kita sedikit tertawa. Atau malah garis-garisnya membentuk katarsis luka. Membuat kita menyadari harus melupanya. Dia telah berdua, bertiga, atau mungkin berlima, meski kita tak disana.

    Rindu itu adalah pena. Ia kadang menggurat terlalu dalam di atas kertas tulisnya. Membuat kertasnya sobek menganga. Membuat tulisannya terhenti begitu saja. Kertasnya itu hati kita. Jahitan saja tak bisa menyembuhnya. Ia harus diganti dengan kertas yang baru, agar kembali sediakala.

    Rindu itu adalah pena. Ia tak boleh jatuh ke tangan penulis yang bukan seharusnya. Ia harusnya dikembalikan ke tangan empunya. Mengakrabi kesendirian tangan kanannya. Menghangatkan otak kanannya. Agar tak melulu berfantasi ria.

    Rindu itu adalah pena. Tak semua mampu menggunakannya. Ia bisa memilih sendiri tokoh utamanya. Meski kadang tak mampu menentukan episode akhirnya. Ia merdeka. Ia tak seperti Angelina atau Mariana, mungkin juga Helena.

    Rindu itu adalah pena. Tintanya bisa habis tak bersisa. Karena sudah terlalu lama memakna. Setelahnya ia berhenti berkarya. Hentilah semua kisahnya.

    Minggu, 29 Mei 2011

    Goodbye Edwin Van Der Sar...

    Malam tadi salah seorang kiper legendaris akhirnya menutup karir gemilangnya sebagai pesepakbola. Bukan akhir yang terlalu manis memang, karena tim yang diperkuatnya dipaksa takluk oleh lawannya dan memupus harapannya untuk menutup karir dengan raihan Piala Champions yang ketiga kalinya. Akan tetapi, terlepas dari hal tersebut, apresiasi pantas diberikan kepadanya. Ia adalah salah satu kiper terbaik yang pernah ada di dunia. So long, Edwin. We will surely miss watching you on the goal line.

    Minggu, 15 Mei 2011

    Mereka di Mata Saya

    Resmi sudah, 13 Mei 2011, menjadi kesempatan terakhir saya, mahasiswa yang (kadang) humoris ini mencicipi bangku perkuliahan di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, program Diploma III, spesialisasi Administrasi Perpajakan. Perjalanan saya belum berakhir memang, karena meski kuliah telah usai, saya masih harus berhadapan dengan rangkaian kegiatan yang bakal menentukan kelulusan saya. Yang paling dekat, tentu saja Ujian Akhir Semester yang benar-benar terakhir, karena setelahnya tidak akan ada UAS lagi kecuali saya mengulang (jangan sampai Ya Allah). Kemudian masih ada Praktek Kerja Lapangan dan yang terakhir tentu saja yang paling final: Ujian Komprehensif.
    Selama hampir 3 tahun kuliah di sini banyak pengalaman dan teman-teman baru yang saya dapatkan, dan jujur saja, karakter teman-teman di STAN ini sangat bermacam-macam, karena terdiri dari berbagai macam latar belatang dan suku budaya yang berbeda-beda. Di bawah ini adalah sekelumit cerita saya selama berkuliah di STAN dari tingkat 1 sampai dengan sekarang, tentu saja hanya berupa garis besarnya saja ya, kalau ditulis secara utuh bisa membuat dada Melinda Dee semakin besar (apa hubungannya??).
    Cekidot!

    Sabtu, 30 April 2011

    Ad Bogor Per Aspera: Satu Hari Bersama Gerombolan Ular-Ular Cobra

    Hari itu, Selasa, 19 April 2011, sepuluh orang cowok bertampang suram yang agak digarang-garangin sedikit memutuskan untuk mengadakan perjalanan tamasya sejenak menuju Bogor seperti yang mereka rencanakan beberapa hari sebelumnya. Meskipun dengan segala keterbatasan yang mereka miliki, baik dari segi tampang maupun finansial, mereka tetap meneguhkan keyakinan untuk berangkat. Maksud mereka sederhana, membuat masa-masa kuliah semester akhir, yang notabene tinggal hitungan bulan ini, menjadi berkesan dan bisa dikenang di kemudian hari oleh anak-cucu mereka nanti.

    Dibawah pimpinan seorang mahasiswa bernama Ahmad Reza yang mengaku sebagai Nabi (waduh bisa dicap aliran sesat nih sama ormas-ormas itu -__-) rombongan ini pun bertolak dari kawasan Bintaro pada pukul 09.30 pagi. Oh iya, selain ada seorang yang mengaku sebagai Nabi, dalam rombongan ini juga terdapat manusia-manusia yang mengaku ganteng, yakni: Saya, Roni, Suhe, Agus Pahlevi, Rahmat, Dicky, Bayu (alias U34Y), David dan juga Usman. Bersepuluh, kami siap melaksanakan titah dari Bung Karno: Mengguncang dunia!! #halah #uopooo

    Selasa, 12 April 2011

    The Legends #2: Jim Morrison, Sex, Drugs, and Rock n' Roll

    Ahoy skipper yang terhormat sekalian , cukup lama nggak nulis dan sekarang ternyata sudah masuk ke minggu kedua bulan April dimana cuaca mulai memasuki musim kemarau yang mana mulai kerasa nih bagaimana panasnya udara di bumi Indonesia ini. Bagi sebagian orang yang punya air conditioner alias AC mungkin kemarau ga akan terlalu masalah buat mereka, tinggal pencet remote dan wuuzz, keluarlah udara sejuk nan menggemaskan di sekitar mereka. Akan tetapi lain halnya bagi kaum-kaum yang masuk golongan fakir AC seperti saya ini (fyi: saya cuma punya kipas angin, itupun udah butut, tapi hemat loh beib), kepanasan adalah hal yang cukup mengganggu terutama pada siang hari dan kadang-kadang juga malam hari. Wah, kok malah jadi ngomongin kipas angin sama AC ya, lha wong padahal judul postingannya aja Jim Morrison :hammer. 

    Yasudes lah yes, sebenernya ini saya mau nulis tentang perjalanan seorang legenda di belantika musik tempo doeloe yaitu Jim Morrison, vokalis yang ngetop bersama grup band The Doors yang terkenal dengan hitsnya "Light My Fire". Postingan ini juga menjadi edisi kedua dari Post berseri The Legends, dimana pada edisi pertamax, saya sudah menulis kisah dari bassist tersohor Metallica, Cliff Burton. Baiklah, segera geser scroll elo-elo pade kebawah dan baca tuh ceritanye si Jim bae-bae ye. (Iye deh, komandan)

    *********
    Suatu hari di tahun 1949, sebuah mobil sedan terlihat sedang melintasi sebuah gurun di wilayah New Mexico, South West America. Mobil itu terlihat penuh sesak dengan muatan yang agak overload di dalamnya. Seorang lelaki paruh baya, berusia sekitar 30 tahun-an tampak berusaha mengendalikan laju mobil tersebut sembari mengajak ngobrol anak-istrinya yang sesekali tersenyum di tengah-tengah perbincangan. Lelaki itu adalah George Stephen Morrison, seorang prajurit kesatuan Angkatan Laut Amerika yang sedang membawa keluarganya pindahan ke lokasi tugas barunya di New Mexico.

    Senin, 21 Maret 2011

    My Top 10 Mood Booster Songs!

    Musik adalah pisau bermata ganda. Suatu ketika ia bisa menjadi mood booster yang membuat kita sangat bersemangat, dan saat lainnya menjadi mood downer buat kita, tergantung lagu apa yang kita dengarkan. Suatu mood booster kerapkali membantu kita untuk menembus barikade stress yang kadang mendera kita, serta membuat kita kembali bersemangat untuk menjalani rutinitas kita (terutama bagi orang-orang yang sangat moody seperti saya). Berikut ini adalah 10 lagu yang menjadi mood booster bagi saya, cekidot:

    1. Pee Wee Gaskins - Summer Thrill


    Band yang sarat kontroversi ini, membuat kejutan di album baru mereka "Ad Astra per Aspera" dengan meminimalkan unsur synthesizer yang notabene adalah pondasi utama di album mereka sebelumnya. Sebagai gantinya distorsi power chord dan running bass serta dentingan keyboard coba dimajukan sebagai kekuatan. Hasilnya sukses, nyaris seluruh lagu di album ini sangat nyaman didengarkan tapi tidak mengurangi unsur cutting edge mereka. Summer Thrill, sesuai dengan judulnya, membawa semangat gembira ala musim panas, dimana gelora dan gejolak mobilitas manusia lebih dinamis ketimbang musim-musim lainnya. Liriknya yang bercerita tentang romantisme musim panas dibalut dengan distorsi power chord gitar dan gebukan drum pop-punk, menjadikan lagu ini adalah mood booster yang sempurna untuk didengarkan di pagi hari.

    Sabtu, 19 Maret 2011

    senyum...

    Aku selalu suka segala hal tentang kiasan.
    Seperti bagaimana aku mengiaskan dirimu bagai sebuah "senyum"

    Senyum yang apabila dipandang akan membuat orang yang melihatnya merasa tentram.
    Senyum yang membagi kebahagiaan bagi orang yang melihatnya.
    Senyum yang memancarkan aura positif bagi sekelilingnya.
    Senyum yang menarik laksana kutub magnet.
    Senyum yang membuat kemarahan mereda.
    Senyum yang menimbulkan gairah.
    Senyum yang tulus bukan rekayasa.
    Senyum yang mempesona.

    "Tersenyumlah, karena senyum adalah refleksi dari kebahagiaan :) "

    Adios-Gale

    Senin, 07 Maret 2011

    Derby: Sebuah Cerita Mengenai Rivalitas

    Tak bisa dipungkiri bahwa Derby Romero adalah seorang entertainer yang multitalenta. Segala bidang dunia hiburan mulai dari penyanyi, aktor, pesinetron sampai pembawa acara mampu dilakoninya dengan baik. Akan tetapi bukan Derby yang itu yang akan saya tulis kali ini, melainkan adalah Laga Derby dalam sepakbola. Sebuah laga sarat gengsi yang mempertemukan dua rival bebuyutan di atas lapangan. Sebuah rivalitas yang dilatarbelakangi berbagai faktor dan permasalahan sehingga membuat laga derby tersebut memiliki atmosfer yang berbeda dengan laga-laga biasa serta sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Fasten your seatbelt, here comes the derby!

    Istilah derby pertama kali populer di Inggris, berawal dari sebuah kota yang bernama Derby, dimana di kota tersebut sering mengadakan pertandingan antar klub-klub dari setiap county-nya (Kabupaten). Dalam tiap laganya, semangat kedaerahan yang dibawa masing-masing klub dan pendukungnya membuat atmosfer pertandingan menjadi menarik dan panas hingga tak jarang terjadi bentrok. Hal inilah yang mendasari permakaian istilah derby untuk laga yang mempertemukan 2 klub dari 1 kota yang sama. Dalam perkembangannya, istilah Derby kemudian meluas hingga bukan hanya untuk laga “lokal” saja, tapi juga dipakai untuk pertandingan yang mempertemukan 2 tim yang memiliki rivalitas sangat kental seperti Derby El Classico Real Madrid vs Barcelona. Faktor penyedap derby sendiri bermacam-macam, seperti kedekatan faktor geografis, afiliasi politik masing-masing klub, persaingan suku, faktor persaingan prestasi, status sosial, dan bahkan isu agama juga membumbui perebutan gengsi dalam sebuah derby. Derby ibarat partai final “sugra” bagi sebagian klub. Boleh kalah dengan skor berapapun oleh klub lain, tapi kemenangan adalah harga mati dalam sebuah derby, karena dalam sebuah derby, gengsi dan harga diri klub dipertaruhkan.

    Dari sekian banyak derby yang ada di muka bumi, ada beberapa derby yang menurut saya tergolong paling panas, ganas dan penuh tensi lantaran dalam setiap pagelarannya selalu dibumbui dengan perseteruan dan emosi tinggi, baik di dalam maupun di luar lapangan, dimulai sejak pre-match hingga after match. Berikut adalah Top 5 Football Derby versi saya:

    #1. Old Firm Derby: Glasgow Celtic vs Glasgow Rangers (Skotlandia)
    Sulit untuk tidak menempatkan derby ini di posisi teratas derby terpanas. Segala faktor aroma persaingan bisa didapat dari derby ini. Dari segi prestasi, duet Glasgow ini merupakan penguasa ranah Skotlandia. Sebanyak 67 Piala FA Skotlandia, 40 Piala Liga, dan 95 gelar juara Liga Skotlandia digondol oleh kedua klub. Rangers yang berdiri pada tahun 1873 merupakan tim tersukses dengan 53 gelar juara Liga, sedangkan Celtic yang baru berdiri pada tahun 1888 menyusul dengan 42 gelar. Tercatat hanya ada 2 tim yang mampu meruntuhkan hegemoni duo Glasgow ini, yakni Dundee United pada musim 1982/1983 dan Aberdeen pada 1984/1985. Semenjak berganti format menjadi Scottish Premier League pada tahun 1998, kedua tim berbagi rata sebanyak 6 gelar dari 12 musim yang telah berlalu. Dari rekor pertemuan kedua klub, Rangers lagi-lagi unggul dengan mengantongi 156 kemenangan sementara Celtics memperoleh 143 kemenangan, sementara 94 laga lainnya berakhir imbang. Isu agama juga mengiringi perjalanan derby ini, Celtics dianggap merefleksikan Katolik yang erat dengan bangsa Romawi (musuh besar bangsa Scotland), sementara Rangers mewakili kubu Protestan yang merupakan tradisi lama skotlandia. Kekerasan sangat lazim terjadi pada derby ini, menurut penelitian yang dilakukan oleh aktivis pemuda Skotlandia, tingkat hunian di rumah sakit meningkat sebanyak sembilan kali lipat pada pekan dimana laga Old Firm mentas! Dalam rentang 1996 sampai dengan tahun 2003 saja tercatat 8 kematian yang berkaitan langsung dengan derby ini. Belum lagi sebanyak ratusan ribu laporan tindak kekerasan dan penganiayaan yang terjadi tiap laga ini selesai. Hal ini sedikit banyak dipicu budaya mabuk sebelum menonton laga ini, seperti diketahui khalayak bahwa Whiskey dan Johnny Walker merupakan minuman wajib saat menonton laga ini. Hal ini juga dipermudah lantaran Whiskey dan Johnny Walker merupakan minuman keras yang dijual secara bebas di Skotlandia. Terakhir pada 2 Maret 2011 kemarin, Old Firm derby berakhir 1-0 untuk kemenangan Celtics berkat gol tunggal Marc Wilson. Sepanjang pertandingan dipenuhi dengan tempo tinggi dan emosi yang meluap-luap bahkan hingga ke bench pemain. Dua kartu merah dikeluarkan wasit untuk Madjid Bougherra dan El-Hadji Diouf dari Rangers pada laga ini. Kedua tim juga terlibat pertikaian di lorong menuju ruang ganti pemain saat jeda dan setelah pertandingan berakhir. Suporter juga terlibat tawuran massal selama 3 jam setelah laga ini selesai.

    Sabtu, 26 Februari 2011

    The Act Against KoruPSSI, #bergerak

    Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia, atau biasa disingkat PSSI, adalah organisasi induk yang bertugas mengatur kegiatan olahraga sepakbola di Indonesia. PSSI berdiri pada tanggal 19 April 1930 dengan nama awal Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia. Ketua umum pertamanya adalah Ir. Soeratin Sosrosoegondo. Sebuah organisasi yang pada awal berdirinya dimaksudkan sebagai wadah untuk memupuk nasionalisme di kalangan pemuda-pemuda Indonesia yang kala itu masih dalam jajahan Belanda. Sepakbola dipandang sebagai jalur yang ampuh guna memupuk nasionalisme, karena pada saat itu, sepakbola adalah olahraga yang bisa membuat 3 suku bangsa yang berbeda (Indonesia, Belanda dan Tionghoa) membaur dalam satu lapangan. Sebuah cikal bakal yang tentunya ikut berandil atas merdekanya bangsa ini. Tapi apa yang kemudian terjadi 80 tahun setelahnya adalah ironi. Di tangan seorang mantan narapidana bernama Nurdin Halid, publik enemy number one ranah sepakbola saat ini, PSSI dimodifikasinya jadi sebuah rezim yang penuh kemunafikan, kebusukan serta tipu muslihat. Entah apa kata (Alm) Bpk Soeratin di alam baka sana kalau ia menyaksikan PSSI, organisasi yang dibentuknya dengan tujuan mulia itu, kini tak ubahnya gerombolan mafia busuk yang menghalalkan segala cara demi tampuk kekuasaan dan harta.

    Rabu, 23 Februari 2011

    Melempar Lambung Tinja Kering Bernama #KELASPUJANGGAEDAN

    HELL-o skipper, akhirnya kita berjumpalitan lagi. Saat tulisan ini dibuat sebenarnya saya sedang sibuk-sibuknya (atau sok sibuk?) belajar buat menghadapi UAS di kampus saya tercinta. Berhubung lagi pas bosen, akhirnya saya nulis (baca: nyampah) disini. Langsung saja yah, sebenernya saya lagi pengen nulis tentang hashtag/tagar #kelaspujanggaedan yang populer di twitter. Salah satu hashtag yang paling saya gemari, karena selain bersifat "random" juga menyimpan kelucuan dan makna mendalam dibaliknya (ehem).

    Twitter, belakangan ini menjadi media dan sarana peluapan juga pengekspresian emosi, mood, serta kegalauan (eaaa) yang paling efektif serta "nendang". Tiap detiknya gerombolan tweet-tweet dari akun yang kita follow akan membanjiri timeline kita dengan segenap persepsi yang dimuatnya. Nah dari sekian banyak tweet-tweet yang menghantui linimasa saya, terselip hashtag #kelaspujanggaedan yang berisi susunan kata-kata random nan chaos yang mayoritas bersifat sarkas namun tidak vulgar atau frontal, tetapi menggunakan kata-kata yang mendobrak pakem kemapanan tata bahasa maupun istilah baku dan kelaziman kalimat, serta tidak lupa dibumbui dengan penulisannya yang sangat mentereng karena dengan huruf kapital semua.

    Rabu, 09 Februari 2011

    To Infinities with 3M Pajak, and Beyond....

    Aloha skipper, weekend kemarin saya bersama kawan-kawan sekelas (3M Pajak) berkesempatan menepi sejenak dari kejenuhan rutinitas kampus. Sabtu itu (5 Februari 2011), kami bergeriliya menuju Cibodas (dan sekitarnya) dalam rangkaian acara yang dikasih nama "Ex-Three-M Vacation" (gatau kenapa dikasih nama begitu, pokoknya berangkat ajalah). Nah, daripada kepanjangan nih preambule-nya, mari kita biarkan foto-foto di bawah ini saja yang bercerita untuk selanjutnya, monggo :

    Kamis, 03 Februari 2011

    The Legends #1: Cliff Burton, and the Memories of a Great Bassist

    Ahoy skipper, Tahun kelinci telah tiba dan untuk menyambutnya saya akan menggoreskan
    sedikit cerita mengenai perjalanan hidup salah satu Bassist legendaris yang menjadi inspirasi bagi bassist-bassist pada masa sekarang ( trus apa hubungannya Bassist sama Gong Xi Fat Choi???), seoang bassist yang memiliki karakter serta tentunya memiliki bakat yang luar biasa dalam bermusik. Orang itu adalah Cliff Burton, bassist tersohor Metallica sebelum Jason Newstead dan Robert Trujillo. Sosok yang sering disebut-sebut sebagai Bassist terbaik di dunia yang konon tidak ada yang mampu menggantikan perannya di Metallica bahkan oleh Rob Trujillo (Bassist Metallica sekarang) sekalipun.

    Clifford Lee Burton atau biasa dikenal dengan nama Cliff Burton adalah anak ketiga dari pasangan Ray Burton dan Jan yang lahir pada tanggal 10 Februari 1962 di Castro Valley, California. Cliff kecil mulai mengenal musik sejak usia 6 tahun, saat itu ia mulai coba-coba mengikuti kursus piano lantaran ayahnya sering mendengarkan music klasik bersamanya. Sejak usia 13 tahun, Cliff mulai berkenalan dengan bass, Steve Doherty adalah guru bass pertamanya. Cliff belajar bermain bass selama beberapa tahun mulai dari September 1978 sampai sekitar Januari tahun 1980. Pada masa itu Cliff juga berhasil menyelesaikan sekolahnya di Castro Valley High School. Menurut orangtuanya, Cliff memiliki ambisi menjadi seorang bassist handal demi kakaknya yang meninggal pada medio 1975 akibat brain aneurysm. Setelah lulus dari Castro Valley High School, Cliff melanjutkan pendidikannya di Chabot Junior College, sebuah Perguruan Tinggi Musik di wilayah California Utara. Dari sinilah petualangannya sebagai anak band bermula. Berkawan dekat dekat Jim Martin, gitaris Faith No More, Cliff mulai membentuk band yang serius yang diberi nama Agents of Misfortune.

    Rabu, 26 Januari 2011

    Visit Pengadilan Pajak

    Aloha skipper, lama nggak nulis dan sekarang begitu nulis lagi ternyata udah memasuki akhir bulan Januari di tahun 2011. Piala AFF udah lama berlalu dan hasilnya (lagi-lagi) mengecewakan, tapi kekecewaan kali ini terasa beda karena atmosfer pengharapan dari seluruh masyarakat Indonesia agar timnas kita juara lebih tinggi dari biasanya. Yah, tapi apa lacur, disaat timnas yang kita miliki sekarang ini -boleh disebut sebagai salah satu yang terbaik dalam sejarah persepakbolaan kita- sedang on fire dan tidak terkendala dari segi teknis (biasanya teknis jadi alesan kegagalan) justru sisi non-teknis yang jadi penyebab runtuhnya peluang kita untuk menjadi juara. Ah sudahlah, sebenernya tulisan ini bukan mau ngomongin sepakbola (lagi) seperti tulisan-tulisan sebelumnya, tapi mau diisi sama perjalanan saya sama temen-temen sekelas ke pengadilan pajak (Y). Nggak sembarang orang loh bisa berkunjung ke tempat yang satu ini, dan saya beruntung pernah main-main kesana, siapa tahu juga nanti kerjanya di sana hehe (amin).