Sabtu, 20 September 2014

Pemberian Tahu

Ini adalah sebuah postingan pemberitahuan. Bahwa bersamaan dengan selesainya anda membaca tulisan ini, anda telah saya beritahu bahwa laman blog saya telah berpindah ke alamat: http://www.galihrakas.com

Ini juga adalah tulisan terakhir saya yang akan anda baca pada laman blog ini. Oleh sebab itu, jikalau di kemudian hari saya membikin tulisan-tulisan baru lagi, dan anda masih ingin menyia-nyiakan waktu anda dengan membaca tulisan-tulisan saya, anda bisa segera mengunjungi alamat di atas.

Sekian dan Terima kasih.

Adios - Gale

Kamis, 20 Februari 2014

Apa yang Seharusnya Kuceritakan, Saat Aku Menceritakan Tentang Sebuah Cerita yang Tak Pernah Bisa Kuceritakan

Biar kuceritakan padamu sedikit hal, kawan. Tentang sesuatu yang sebetulnya menyedihkan, tapi di sisi lain juga bisa membuatmu menghela nafas dengan malas sambil bersendawa: "Ya Tuhan, begitu saja ternyata. Kukira ini cerita tentang apa."

Tetapi agar ceritaku tak seperti cerita yang menyedihkan pada umumnya, biarlah kubuka ceritaku kali ini dengan sedikit kalimat-kalimat narasi yang panjang dan lebar, namun tanpa unsur yang tinggi-tinggi. Sebab tentu saja, ini bukanlah rumus untuk menghitung volume sebuah kubus ataupun balok. Ini adalah sebuah cerita, tentang sebuah cerita yang tidak pernah bisa kuselesaikan, bahkan sampai dengan saat engkau selesai membaca kalimat ini, dari manapun kau membacanya.

Selasa, 31 Desember 2013

Lima Buku yang Saya Baca di Tahun Ini

Jujur saja, sepanjang tahun 2013 ini saya tak begitu banyak membaca buku. Makanya, ketika kawan saya, sebutlah ia sebagai Gita Wiryawan, mengajak saya untuk membuat daftar pendek berisi lima judul buku terbaik yang saya baca di tahun ini, saya menjadi kelimpungan. Bukan saja karena sedikitnya judul buku yang berhasil saya selesaikan pada tahun ini, melainkan juga karena definisi "terbaik" di sini, yang kerap kali bias cum penuh embel-embel frase "menurut saya". Saya khawatir, jangan-jangan apa yang saya anggap terbaik, justru malah buku-buku yang dikategorikan kurang bagus, atau bahkan malah sama sekali tak layak terbit. Siapa yang tahu?

Akan tetapi saya memang tak pernah bisa menolak ajakan Gita. Ia adalah kawan yang baik, selain juga guru menulis yang menyenangkan. Tempo hari ia berulang tahun, dan saya tak sempat memberinya kado apa-apa selain sebuah ucapan selamat melalui sebuah pesan singkat. Padahal, waktu saya berulang tahun beberapa bulan silam, ia mau repot-repot mengirimi saya sebuah buku yang sudah lama saya cari-cari keberadaannya. Jika ikut menghitung hutang-hutang tulisan yang saya janjikan kepadanya belum kunjung terbayar, semakin menggunung saja rasa-rasanya dosa saya kepada Gita.

Syahdan, daftar pendek ini pun saya bikin. Selain sebagai sebuah tulisan penutup tahun untuk blog ini, tulisan ini juga hendak saya maksudkan sebagai hadiah kecil buat Gita, yang kemarin waktu berulang tahun. Hitung-hitung sebagai sedikit penebus dosa, juga hutang-hutang tulisan yang tak sempat saya lunasi bahkan hingga tahun kadung berganti. Yah, walaupun sangat terlambat, semoga di sela-sela kesibukannya berkampanye di lini masa, juga kejenuhannya bersemuka dengan kertas kuning bertajuk LPAD, Gita masih mau meluangkan beberapa menit dari kehidupannya untuk sekedar membaca tulisan ini dan memberikan amnestinya buat saya.

Jumat, 01 November 2013

Untukmu, yang Tak Lama Lagi Bakal Pergi

- Sepucuk surat yang tak seperlunya ikut kamu kemasi ke dalam koper

Kudengar, tak lama lagi kamu bakal pergi dari sini. Meninggalkan kota ini. Meninggalkan meja, kursi, dan juga almari yang biasa menemanimu bekerja sehari-hari. Meninggalkan petak kosong tempat parkir di sebelah timur, yang biasa kamu tempati untuk memarkir motor kesayanganmu. Meninggalkan apa saja yang sudah kamu jalani selama bertahun-tahun di kota kecil ini. Meninggalkan kami semua di sini.

Orang-orang bilang, kamu bukannya sudah tak betah lagi berada di sini. Mereka bilang kamu pergi bukan karena ingin melarikan diri. Mereka bilang kamu bukannya mulai membenci kota yang tak terlalu ramai ini. Mereka bilang kamu pergi untuk mengejar. Mengejar harapan, juga mengejar kebahagiaan.

Tentu saja, itu adalah hal yang wajar untuk dimengerti. Kebahagiaan memang layak untuk diperjuangkan, pun untuk dikejar.

Minggu, 20 Oktober 2013

Tabungan

Seringkali,
rindu seperti puisi yang tiba-tiba berhenti
karena tak tahu bagaimana cara melanjutkan
atau harus menulis apa lagi

Sialnya,
jarak adalah saudagar yang sukar ditawar
sebab ia menyukai kesabaran
juga rasa sedih yang gemar berkelakar

Padahal,
tangis hanya boleh milik seorang ibu
lantaran pamit seorang anak
yang hendak pergi lagi
ke dalam pelukan semang yang remang

Pesan Beliau, "lebih baik uangmu kau tabung saja,"
tapi anaknya tidak pernah bilang iya.


~ 20 Okt 2013, menabung rindu sekali lagi.

Adios - Gale

Minggu, 22 September 2013

Pelukan Terakhir

- Di beranda ini, kicau-kicau tak kedengaran lagi.

Belakangan, saya tak lagi kerap menjamah lini masa. Bukan benar-benar tak pernah menjamah memang. Sesekali saya masih suka mengintip kicau-kicau yang bertebaran pada garis waktu paling dinamis di dalam dunia maya itu. Tetapi, hal itu cuma saya lakukan dalam tempo yang sekilas lalu. Juga dalam momentum yang, katakanlah, hanya sepenghabisan satu batang rokok saja. Sesekali belaka, juga tidak berlama-lama.

Padahal, jika diingat-ingat lagi, twitter pernah menjadi bagian yang tak terpisahkan daripada kehidupan. Ia telah menjelma jadi sebuah rutinitas. Sesuatu yang membuat kita enggan untuk meninggalkan, juga merasa bersalah apabila alpa menunaikan. Di dalam sesak bis kota, misalnya. Lalu pada guncangan mikrolet, di atas trotoar, di bangku taman dalam buaian angin. Juga di atas samudra, di tebing yang curam, sampai di atas meja makan walau cuma sejenak. Di mana pun berada, sulit rasanya untuk tidak menyempatkan diri melongok keadaan twitter. Membuka-buka tab mention, mengecek jumlah follower, atau sekedar menjentitkan jempol guna me-refresh linimasa supaya terbarui dengan kicau-kicau yang baru dirilis.