Senin, 20 Februari 2012

To Lin-finity, And Beyond!



Apa yang kita lakukan ketika tahu seseorang yang biasa disepelekan atau dianggap remeh tiba-tiba melakukan sesuatu yang spektakuler dan luar biasa? Bertingkah apatis dan tidak simpatik mungkin masih bisa dimaklumi bila sesuatu yang spektakuler itu cuma terjadi sekali-dua kali saja, tapi bagaimana kalau sesuatu yang luar biasa itu terjadi berkali-kali dalam kontinuitas yang konstan? Hmm, mari lontarkan pertanyaan tersebut kepada jutaan manusia yang menggandrungi bola basket, terutama kompetisi NBA, perihal melejitnya seseorang yang tadinya "bukan siapa-siapa" menjadi sosok "siapa lagi kalau bukan dia?". Ya, tidak salah lagi, ini adalah melulu soal Jeremy "Linsanity" Lin, point guard New York Knicks yang beberapa minggu belakangan menggemparkan jagad basket dunia.

Bagi kita yang lebih familiar dengan nama Jeremy Teti atau Jeremy Thomas, nama Jeremy Lin tentu bukanlah sebuah kelaziman. Wajar, karena bahkan hingga satu bulan yang lalu pun, nama Lin belum go public seperti sekarang ini, bahkan boleh dibilang sama sekali tidak terkenal. Jadi, siapa sih sebenarnya si Jeremy Lin ini?

Jumat, 17 Februari 2012

Menjadi Teman, Sejak Dalam Pikiran


kaulah yang bisa membuatku lepas tertawa di saat kita berbagi
kaulah yang bisa membuatku bahagia dan itu sangat berarti
Begitulah bunyi penggalan bait dari lagu milik Rocket Rockers yang mengudara di pemutar musik saya pagi ini. Liriknya dengan polos bertutur bagaimana keniscayaan seorang teman dalam mengisi momen-momen bahagia kita dengan membagi tawa, melebarkan senyuman kita atau sekedar berjabat tangan mengisyaratkan pemberian selamat. Sesederhana itu kah? mungkin iya, mungkin juga tidak.

Sering kali, perwujudan seorang teman jauh lebih gampang ditemui pada momen-momen bahagia kita, tapi berapa banyak sebenarnya jumlah teman yang masih mau menghampiri kita disaat kita tengah didera kesusahan atau mengalami musibah? Padahal sesungguhnya di saat-saat seperti itulah kita lebih membutuhkan kehadiran mereka, lebih daripada ketika mereka mengisi absen kehadiran di momen-momen bahagia kita. Maka mereka-mereka yang memiliki teman-teman yang masih mau menyempatkan diri untuk mengulurkan tangan ketika kawannya tengah diliputi kesusahan, niscaya adalah golongan orang-orang yang beruntung, dan Luis Suarez boleh jadi adalah salah satu diantara orang-orang yang beruntung tersebut.

Minggu, 05 Februari 2012

Masih Sama Seperti Dulu


Adagium populer sastra klasik yang berbunyi bahwa "Cinta itu buta" sepertinya memang benar adanya. Saya teringat dengan seorang kawan yang kerap berkeluh kesah kepada saya mengenai wanita yang sangat dicintainya. Ia sering meminta saran dari saya menyoal kedekatannya dengan sang primadonanya ini. Suatu ketika dia akan tampak sangat sumringah ketika bercerita tentang bagaimana usahanya menuai respon positif. Sebaliknya, aura kegusaran dan wajah lesu akan lebih dominan ketika ikhtiarnya tak begitu digubris pujaan hatinya. Sebuah hal yang memang lumrah dan wajar bagi mereka yang tengah kasmaran.

Perbedaannya hanyalah pada kasus kawan saya ini, ia belum pernah sekalipun bertatap muka dengan sang pujaan hatinya itu. Keduanya "hanya" saling mengenal melalui situs jejaring sosial (sebut saja facebook) dan tak sekalipun pernah bersua, entah karena sebab apa. Padahal, sudah hampir setahun kawan saya ini berhubungan dengan wanita pujaannya itu. Akan jadi sedikit ironis karena kawan saya ini langsung meyakini bahwa wanita pujaannya itu adalah pasangan yang terbaik baginya. Takdir yang telah digariskan oleh langit, begitulah mungkin gambaran dia di mata kawan saya itu.