Senin, 07 Maret 2011

Derby: Sebuah Cerita Mengenai Rivalitas

Tak bisa dipungkiri bahwa Derby Romero adalah seorang entertainer yang multitalenta. Segala bidang dunia hiburan mulai dari penyanyi, aktor, pesinetron sampai pembawa acara mampu dilakoninya dengan baik. Akan tetapi bukan Derby yang itu yang akan saya tulis kali ini, melainkan adalah Laga Derby dalam sepakbola. Sebuah laga sarat gengsi yang mempertemukan dua rival bebuyutan di atas lapangan. Sebuah rivalitas yang dilatarbelakangi berbagai faktor dan permasalahan sehingga membuat laga derby tersebut memiliki atmosfer yang berbeda dengan laga-laga biasa serta sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Fasten your seatbelt, here comes the derby!

Istilah derby pertama kali populer di Inggris, berawal dari sebuah kota yang bernama Derby, dimana di kota tersebut sering mengadakan pertandingan antar klub-klub dari setiap county-nya (Kabupaten). Dalam tiap laganya, semangat kedaerahan yang dibawa masing-masing klub dan pendukungnya membuat atmosfer pertandingan menjadi menarik dan panas hingga tak jarang terjadi bentrok. Hal inilah yang mendasari permakaian istilah derby untuk laga yang mempertemukan 2 klub dari 1 kota yang sama. Dalam perkembangannya, istilah Derby kemudian meluas hingga bukan hanya untuk laga “lokal” saja, tapi juga dipakai untuk pertandingan yang mempertemukan 2 tim yang memiliki rivalitas sangat kental seperti Derby El Classico Real Madrid vs Barcelona. Faktor penyedap derby sendiri bermacam-macam, seperti kedekatan faktor geografis, afiliasi politik masing-masing klub, persaingan suku, faktor persaingan prestasi, status sosial, dan bahkan isu agama juga membumbui perebutan gengsi dalam sebuah derby. Derby ibarat partai final “sugra” bagi sebagian klub. Boleh kalah dengan skor berapapun oleh klub lain, tapi kemenangan adalah harga mati dalam sebuah derby, karena dalam sebuah derby, gengsi dan harga diri klub dipertaruhkan.

Dari sekian banyak derby yang ada di muka bumi, ada beberapa derby yang menurut saya tergolong paling panas, ganas dan penuh tensi lantaran dalam setiap pagelarannya selalu dibumbui dengan perseteruan dan emosi tinggi, baik di dalam maupun di luar lapangan, dimulai sejak pre-match hingga after match. Berikut adalah Top 5 Football Derby versi saya:

#1. Old Firm Derby: Glasgow Celtic vs Glasgow Rangers (Skotlandia)
Sulit untuk tidak menempatkan derby ini di posisi teratas derby terpanas. Segala faktor aroma persaingan bisa didapat dari derby ini. Dari segi prestasi, duet Glasgow ini merupakan penguasa ranah Skotlandia. Sebanyak 67 Piala FA Skotlandia, 40 Piala Liga, dan 95 gelar juara Liga Skotlandia digondol oleh kedua klub. Rangers yang berdiri pada tahun 1873 merupakan tim tersukses dengan 53 gelar juara Liga, sedangkan Celtic yang baru berdiri pada tahun 1888 menyusul dengan 42 gelar. Tercatat hanya ada 2 tim yang mampu meruntuhkan hegemoni duo Glasgow ini, yakni Dundee United pada musim 1982/1983 dan Aberdeen pada 1984/1985. Semenjak berganti format menjadi Scottish Premier League pada tahun 1998, kedua tim berbagi rata sebanyak 6 gelar dari 12 musim yang telah berlalu. Dari rekor pertemuan kedua klub, Rangers lagi-lagi unggul dengan mengantongi 156 kemenangan sementara Celtics memperoleh 143 kemenangan, sementara 94 laga lainnya berakhir imbang. Isu agama juga mengiringi perjalanan derby ini, Celtics dianggap merefleksikan Katolik yang erat dengan bangsa Romawi (musuh besar bangsa Scotland), sementara Rangers mewakili kubu Protestan yang merupakan tradisi lama skotlandia. Kekerasan sangat lazim terjadi pada derby ini, menurut penelitian yang dilakukan oleh aktivis pemuda Skotlandia, tingkat hunian di rumah sakit meningkat sebanyak sembilan kali lipat pada pekan dimana laga Old Firm mentas! Dalam rentang 1996 sampai dengan tahun 2003 saja tercatat 8 kematian yang berkaitan langsung dengan derby ini. Belum lagi sebanyak ratusan ribu laporan tindak kekerasan dan penganiayaan yang terjadi tiap laga ini selesai. Hal ini sedikit banyak dipicu budaya mabuk sebelum menonton laga ini, seperti diketahui khalayak bahwa Whiskey dan Johnny Walker merupakan minuman wajib saat menonton laga ini. Hal ini juga dipermudah lantaran Whiskey dan Johnny Walker merupakan minuman keras yang dijual secara bebas di Skotlandia. Terakhir pada 2 Maret 2011 kemarin, Old Firm derby berakhir 1-0 untuk kemenangan Celtics berkat gol tunggal Marc Wilson. Sepanjang pertandingan dipenuhi dengan tempo tinggi dan emosi yang meluap-luap bahkan hingga ke bench pemain. Dua kartu merah dikeluarkan wasit untuk Madjid Bougherra dan El-Hadji Diouf dari Rangers pada laga ini. Kedua tim juga terlibat pertikaian di lorong menuju ruang ganti pemain saat jeda dan setelah pertandingan berakhir. Suporter juga terlibat tawuran massal selama 3 jam setelah laga ini selesai.

#2. Istanbul Derby: Fenerbahce vs Galatasaray (Turki)
Jangan pernah meremehkan supremasi laga ini meski Laut Bosphorus memisahkan kedua kubu yang berseteru. Ya, Fenerbahce memang berada di sisi Asia Turki, sementara Galatasaray menempati bagian Eropa Turki. Atmosfer partai ini sangat luar biasa di tiap pagelarannya. Sudah menjadi rahasia umum bagaimana menyeramkannya supporter-suporter Turki dalam menjamu tim lawan yang datang melawat ke Turki, hal yang bahkan membuat klub-klub besar Eropa sedikit bergidik jika harus bertandang ke Turki. Suhu kota Istanbul akan mulai menghangat seminggu jelang laga dipentaskan, dan akan mencapai titik didih puncak pada hari pertandingan. Sumbu konstan yang langsung memantik tensi tinggi di 90 menit jalannya laga. Tak kurang 25.000 kursi di Stadion Ali Sami Yen akan penuh sesak menyambut kedatangan sang lawan dengan salamnya yang khas “Selamat datang di Neraka!”. Sebuah salam yang sedikit banyak sudah menggambarkan betapa bergairahnya laga ini. Sementara di Sukru Saracoglu (kandang Fenerbahce) meski tidak memilik “sambutan” khas layaknya Ali Sami Yen, Stadion ini dikenal karena Yellow Flare dari para pendukung Fener yang akan menerangi sudut-sudut stadion. Duel Galatasaray melawan Fenerbahce merupakan rivalitas yang dilatari perbedaan status sosial pendukung klub masing-masing. Fenerbahce adalah perwakilan dari kelas pekerja lantaran sebagian besar pendukungnya adalah buruh dan pekerja pabrik. Pendukung ultras Fenerbahce dikenal dengan nama Genc-Fenerbahceliler yang berarti Young Fenerbahce Suporters. Pendukung klub Fenerbahce biasanya akan berpesta dan turun ke jalan-jalan kota Istanbul apabila Fener mampu menumbangkan Galatasaray, atau apabila Fener finish di atas Galatasaray di klasemen Liga. Kemenangan Fenerbahce ibaratnya kemenangan kaum kelas bawah atas kaum bangsawan, sehingga patut untuk dirayakan. Sedangkan Galatasaray adalah duta dari kaum bangsawan dan aristokrat, dimana Ultras-nya dikenal dengan nama Ultras Aslana. Sebuah hal yang memberikan tekanan lebih tinggi kepada pemain dan pelatih mereka bahwa Galatasaray harus lebih baik daripada Fenerbahce. Tekanan inilah yang seringkali menyebabkan pemain Galatasaray kerap tersulut emosinya sehingga memicu keributan di lapangan. Insiden unik terjadi pada tahun 1996 pada laga final Piala Turki, dimana Galatasaray berhasil menjungkalkan Fenerbahce di Stadion Sukru Saracoglu. Setelah pertandingan berakhir, Graeme Souness (pelatih Galatasary kala itu) berlari ke lapangan kemudian menancapkan bendera Galatasaray di stadion kebanggan Fenerbahce tersebut untuk meluapkan kegembiraannya. Dari 22 kali sejarah pertemuan kedua klub, Fenerbahce unggul dengan 12 kemenangan berbanding 6 kemenangan milik Galatasaray, sedangkan 4 perhelatan lainnya berakhir imbang.
 
#3. Derby Della Capitale: AS.Roma vs SS.Lazio (Italia)
Derby della Capitale yang juga dikenal sebagai Il Derby Capitolino serta The derby Roma adalah derby antara dua tim utama dari ibukota yaitu Lazio dan Roma. Merupakan derby paling sengit di Italia disbanding derby-derby lainnya seperti Derby della Madonnina (Milan derby) dan Derby della Mole (Turin derby), bahkan Derby D’Italia (Milan-Juventus-Internazionale) sekalipun. Derby ini selalu menarik dan Penduduk setempat dan fans kedua tim di seluruh dunia selalu sepakat bahwa Derby della Capitale adalah "lebih dari sekedar permainan" karena laga ini selalu identik dengan massa besar, tensi tinggi, kekerasan dan ( baru-baru ini ) spanduk rasis. Bermula dari pembentukan AS. Roma pada tahun 1927 yang didirikan sebagai hasil peleburan antara tiga tim dari kota Roma, yaitu: Roman, Alba-Audace dan Fortitudo, yang diprakarsai oleh Italo Foschi, berawal dari niatan diktator fasis Benito Mussolini untuk membuat sebuah klub kota Roma yang solid dan kuat untuk menantang dominasi dari klub-klub Utara seperti Milan dan Juventus. Akan tetapi berkat pengaruh dari Giorgio Vaccaro, Lazio menolak untuk merger dengan klub-klub tersebut dan memilih untuk melanjutkan perjalanan Lazio di kancah sepakbola Italia. Semenjak kejadian tersebut, rivalitas lokal antara Roma dan Lazio dimulai. Pertandingan pertama Derby Della Capitale pada tanggal 8 Desember 1929 dimenangkan oleh Roma berkat gol tunggal Rodolfo Volk. Fans masing-masing memang sama-sama membenci klub-klub dari Utara Italia, namun kenyataanya rasa benci antar keduanya justru lebih besar disbanding dengan klub lain. Selain itu, fakta bahwa Roma dan Lazio sama-sama tidak memilik trofi bergengsi sebanyak klub-klub seperti Juventus dan AC.Milan menjadikan derby sebagai ajang pembuktian bagi kedua tim. Semenjak Stadion Olimpico selesai dibangun, kedua klub mulai berpindah dan sama-sama menghuni stadion ini, salah satu faktor yang semakin mempertajam rivalitas keduanya. Laziale biasa dikenal sebagai penguasa Curva Nord (Tribun Utara) sementara Romanisti berdaulat di Curva Sud (Tribun Selatan). Ultras Lazio dikenal sering berperilaku rasis terhadap pemain-pemain Giallorossi yang berkulit hitam, selain itu Tifosi Lazio dikenal sering menggunakan simbol-simbol swastika dan fasisme dalam banner dukungannya. Dua hal yang membuat tifosi Lazio sering mendapat sanksi dari komite disiplin Lega Calcio. Hal yang berbeda dari tifosi Roma yang dikenal sering memberikan terror berupa ancaman tindakan penganiayaan dan pembunuhan. Tifosi Roma bahkan tidak segan untuk menyerang pemainnya sendiri apabila dirasa pemain tersebut tidak tampil bagus. Sepanjang sejarah 167 kali perhelatan derby ini, AS.Roma unggul dari Lazio dengan 62 kemenangan berbanding 45 kemenangan milik Biancocelesti, sementara 60 laga lainnya berakhir imbang. Derby pada tahun 2004 merupakan sejarah terkelam dalam derby ini. Berawal adanya desas-desus bahwa telah terjadi pembunuhan seorang tifosi oleh oknum polisi di luar stadion, pihak Lega Calcio mengambil keputusan untuk menghentikan dan menunda pertandingan tersebut. Akibatnya fatal, kerusuhan justru pecah dan terjdilah tawuran antara tifosi dengan pihak kepolisian. 170 polisi dikabarkan mengalami luka-luka dan 13 orang tifosi ditangkap. Tidak diketahui pasti berapa korban dari pihak tifosi, namun dari gambaran liputan di televisi terlihat sangat banyak tifosi yang mengalami luka-luka.

#4. Derby of Indonesia: Persija Jakarta vs Persib Bandung (Indonesia)
Ranah sepakbola nasional memang memilik banyak derby lokal yang kerap mengundang perhatian seperti Derby Jawa Timur lewat pertandingan Arema vs Persebaya, Arema vs Persik, atau Persema vs Persebaya maupun Derby Jawa antara PSIS melawan Persijap Jepara serta PSIS vs Persis. Namun diantara sekian banyak derby tersebut, yang dianggap paling bergengsi dan paling panas justru bukan rivalitas lokal seperti yang disebutkan tadi, melainkan 2 klub yang memiliki markas yang berlainan kota dan Provinsi. Ya, Derby of Indonesia yang mempertemukan Persija dengan Persib adalah derby paling legendaris di Indonesia. Persija yang bermarkas di ibu kota Jakarta adalah seteru abadi dari Maung Bandung Persib yang notabene bermarkas di kota Bandung yang jaraknya ratusan kilometer dari Jakarta. Tidak ada data pasti mengenai awal mula rivalitas kedua klub, namun jika ditilik dari faktor sejarah, keduanya merupakan Tim besar sejak era Perserikatan yang selalu bersaing untuk merebut gelar juara dan terus berlanjut persaingannya hingga ke era sepakbola modern Indonesia dimana tim-tim Perserikatan dan Galatama melebur menjadi satu kompetisi dengan nama Liga Indonesia. Setiap kedua tim bertemu sudah pasti tensi tinggi langsung tersaji di lapangan. Uniknya rivalitas kedua tim justru lebih kental di kalangan pendukungnya. Sudah menjadi rahasia umum kalau The Jakmania (kelompok supporter Persija) menaruh kebencian yang sangat besar terhadap Viking (kelompok supporter Persib) begitu juga sebaliknya. Menurut cerita yang saya dengar, rivalitas kedua kelompok ini dimulai dari perlakuan kasar Bobotoh terhadap rombongan Jakmania yang bertandang ke Bandung, tak terima atas perlakuan tersebut, pihak The Jak pun melakukan balas dendam ketika rombongan Viking melawat ke Jakarta. Sejak saat itu, pertikaian antara The Jak dan Viking makin memanas, dan merembet ke rombongan pemain. Bus Rombongan tandang kerap menjadi sasaran lemparan batu dari masing-masing supporter, hal ini membuat polisi harus melakukan pengawalan ekstra ketat terhadap kedua tim, sampai-sampai harus menggunakan Mobil Barracuda untuk mengankut pemain ke stadion. Tiap partai ini mentas di Jakarta, maka berhati-hatilah untuk pemilik kendaraan ber-plat D, karena bisa saja kendaraan anda tiba-tiba dirusak oleh oknum-oknum supporter Persija, bahkan meski anda bukan pendukung persib sekalipun. Begitu juga jika laga ini mentas di Bandung sana, kendaraan ber-plat B juga sering jadi sasaran empuk amuk massa supporter Persib. Saking tingginya rivalitas kedua kubu dan kerap terjadi kerusuhan diantara keduanya, pihak kepolisian beberapa tahun belakangan melarang supporter masing-masing klub untuk bertandang ke kandang klub rivalnya. Bahkan tak jarang laga penuh gengsi harus dimainkan tanpa penonton untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Sungguh sangat ironis apabila derby terbaik di negeri ini harus dihelat tanpa penonton karena sejatinya sebuah derby adalah penggung akbar bagi para supporter untuk mendukung tim kesayangannya. Rivalitas antara The Jakmania dan Viking juga pernah difilmkan dalam film layar lebar berjudul “Romeo dan Juliet”. Sepanjang sejarah perhelatan Derby of Indonesia, Persib harus mengakui keunggulan Macan Kemayoran dengan hanya mampu meraih 7 kali kemenangan berbanding 17 kemenangan milik Persija. Sementara 12 laga lainnya berakhir imbang. Kedua tim pertama kali bertemu pada Final kejuaraan Perserikatan pada tahun 1933, kala itu Persija yang masih bernama Voetbal Indische Jakarta (VIJ) berhasil mengalahkan Persib yang masih memakai nama BIVB Bandung dengan skor 1-0.
 
#5. North-West Derby: Manchester United vs Liverpool
Partai klasik antara Manchester United dan Liverpool adalah salah satu clash yang paling melegenda dalam sepakbola Inggris. Kedua tim merupakan tim paling sukses di negeri Pangeran Charles dengan total raihan gelar yang sama-sama mencapai angka 58 gelar di semua ajang. Untuk kompetisi liga, keduanya juga sama-sama mengoleksi gelar paling banyak diantara semua tim dengan torehan 18 gelar. Jauh di atas raihan klub-klub Inggris lainnya. Persaingan antara Liverpool dan Manchester sebenarnya sudah bermula jauh sebelum kedua klub terbentuk. Persaingan keduanya sebenarnya sudah dimulai dari persaingan antar kota pada masa Industri Inggris. Pada masa itu Liverpool dikenal sebagai kota pelabuhan, dimana setiap barang yang melalui hendak masuk ke Inggris melalui jalur pelayaran harus singgah lebih dahulu di Liverpool sebelum dikirimkan ke kota-kota tujuan, termasuk Manchester yang terkenal dengan Industri Manufakturnya. Namun pembangunan Manchester Ship Canal pada tahun 1909 membuat pengaruh Liverpool memudar. Hal ini dikarenakan pengiriman barang menuju Manchester dapat langsung diarahkan melalui kanal tersebut tanpa melalui Liverpool. Hal ini mengakibatkan beberapa warga Liverpool yang bekerja di pelabuhan kehilangan pekerjaannya, di sinilah awal mula munculnya kebencian warga Liverpool kepada Manchester. Kebencian ini merembet ke segala sisi termasuk sepakbola. Pada awalnya musuh besar Liverpool adalah saudara sekota mereka Everton, namun seiring berjalannya waktu, kutub rivalitas bergeser ke arah Manchester. Liverpool mendominasi sepakbola Inggris pada dekade 1970-an dan 1980-an, dalam kurun waktu tersebut Liverpool berhasil menyabet 11 gelar juara Liga dan 4 juara Piala FA. Termasuk juga prestasi mereka meraih Treble Winners pada tahun 1984 dengan menyndingkan gelar juara Liga dengan Piala FA dan Piala Champions. Memasuki periode 1990-an giliran Manchester United menguasai Inggris dan menggusur hegemoni Liverpool yang terakhir kali meraih gelar juara Liga pada musim 1989/1990. The Red Devils meraih 11 gelar juara liga dan 2 kali juara Liga Champions dalam rentang 1991-sekarang, sekaligus menyamai torehan 18 gelar juara liga milik Liverpool. United juga berhasil meraih treble pada musim 1998/1999 dengan mengawinkan Juara Liga Inggris dengan mahkota juara Piala FA dan Liga Champions. Disaat yang sama, meski gagal menjuarai Liga, Merseyside Red masih mampu menggondol juara UEFA Cup (2000) dan 1 gelar Liga Champions (2004) dan beberapa gelar minor lainnya. Sepanjang sejarah 182 kali pertemuan kedua tim, Manchester United sanggup mengungguli Liverpool dengan 71 kali kemenangan, 50 laga berakhir imbang, dan sisa 61 pertandingan lainnya menjadi milik Liverpool. Musim ini pertemuan kedua tim diwarnai hat-trick dari bomber masing-masing. Pada pertemuan di Old Trafford, Dimitar Berbatov mencetak hat-trick pertamanya musim ini sekaligus membawa United menang 3-2 setelah sebelumnya The Reds sempat memberikan perlawanan lewat 2 gol Steven Gerrard. Di pertemuan kedua, Anfield menjadi saksi kehebatan Dirk Kuyt yang menjadi hat-trick hero untuk membawa Liverpool menang 3-1. United sendiri hanya bisa membalas melalui satu gol Javier "Chicharito" Hernandez. Ryan Giggs adalah pemain yang paling sering tampil dalam derby ini dengan total penampilan sebanyak 41 kali.

Selain kelima derby diatas masih banyak derby-derby lain yang juga tidak kalah serunya dengan derby-derby yang saya sebutkan diatas, diantaranya adalah :

Derby El Classico: Barcelona vs Real Madrid
Derby Della Madonina: Internazionale Milano vs AC Milan
Great London Derby: Arsenal vs Chelsea
Buenos Aires Derby: Boca Juniors vs River Plate
Derby Madrileno: Real Madrid vs Atletico Madrid
North London Derby: Tottenham Hotspur vs Arsenal

Veloci Derby: Red Star Belgrade vs Partizan Belgrade
Revier Derby: Borussia Dortmund vs Schalke 04
Derby Paulista: Palmeiras vs Corinthians
Derby Mexicana: Chivas Guadalajara vs Club America

Adios - Gale

Tidak ada komentar:

Posting Komentar