Rabu, 09 November 2011

Penasaran... yang dilanjutkan


Kalau boleh jujur, kawan, sudah lama sekali, bahkan semenjak Napoleon Bonaparte masih melahap bubur kanji bertabur serpihan kayu manis dengan disuapi oleh ibunya, saya sudah berangan-angan ingin bertatap muka dengan dia. Oh bukan, dia yang dimaksud di sini bukanlah Napoleon Bonaparte. Adalah melalui tulisan-tulisan pendek, tidak sependek otak kiri saya tentu, yang sering saya baca, entah yang bernama panggil sebagai novel maupun yang berjuluk sebagai cerpen, saya mengetahui ihwal jejak keberadaannya.

Dia ada disana, masih di pulau yang sama dengan tempat saya mengetik tulisan ini sekarang, Pulau Jawa. Lebih spesifik, berada pada wilayah teritorial Imperium Ngayogjokarto-Hadiningrat. Menyoal koordinat garis lintang dan bujur, saya tak paham. Kau carilah sendiri pakai Google-Maps yang mahasakti itu, jaman kan sudah modern.

Pun, saya juga sering menangkap wujud-wujud semi delusional-nya melalui adegan-adegan remeh temeh pada drama televisi, sebenarnya tidak terlalu drama betul sih, yang mereka-beri-titel-sebagai FTV. Kebanyakan darinya adalah adegan perpisahan yang sendu, dengan bumbu berupa air mata berkadar kolesterol rendah. Jarang sekali yang berupa adegan perjumpaan kembali dua insan yang terpisah, juga tidak dengan adegan laga kolosal semisal Tutur Tinular atau duel Wiro Sableng, apalagi yang berupa adegan senggama erotis sepanjang 40-an menit bersama Sora Aoi. Oh baiklah, saya mulai ngelantur.

Ketahuilah kawan, bahwa rasa penasaran adalah fitrah juga mukjizat paling alami bagi seorang anak cucu Adam. Dan sebagai makhluk Tuhan yang paling gampang dimakan pencitraan, penasaran adalah hal nomor dua paling mudah yang sering saya rasakan. Nomor satunya adalah jatuh cinta. Hmm, seharusnya tidak saya tulis itu, tapi biarlah.

Ketahuilah juga, bahwa saking seringnya saya menemukan dia pada tiap cerita-cerita tadi, yang entah kenapa selalu bagus alur ceritanya, menurut hemat saya dan juga hemat listrik sesuai iklan layanan masyarakat, keinginan untuk menemui langsung wujudnya selalu datang. Ini semacam penasaran pada gadis di seberang sana, yang telepon genggamnya sering kau kirimi pesan singkat berupa ucapan-ucapan "Selamat pagi" dan "Selamat malam", padahal kau tak pernah mengetahui seperti apa bentuk cetakan wajahnya serta lekuk semampai pinggangnya. Apakah benar lobang hidungnya hanya ada dua, bulu matanya benar berposisi di atas bola mata, atau bagaimana gigi-gignya berbaris dalam goa masam bernama rongga mulut. Ya semacam itulah.

Lalu bagaimana mungkin ketika akhirnya rasa penasaran itu benar-benar dipenuhi nafkah batiniah serta lahiriahnya? sudah pasti kau akan senang bukan? semacam ada lega dan juga ada puas yang kondisional. Nah, kalau begitu saya juga pasti takkan berbeda lah. Saya kan - Terima kasih Tuhan, Alhamdulillah - masih manusia juga seperti kalian, pada umumnya dan pada khususnya.

September kemarin lalu, saya akhirnya berhasil menemuinya. Ya benar, dia... yang-saya-beri-narasi-deskripsi-omong kosong-panjang lebar-di atas. Pada akhirnya, bertatap muka langsung dengan saya. Setelahnya, saya sudah tak penasaran lagi akan wujudnya. Lalu apabila kini kau yang menjadi penasaran kawan (kalaupun tidak ya sudah) inilah dia wujudnya.......



~ Tanbihat : Saya baru pertama kali ini ke Lempuyangan :p ~
Adios - Gale

3 komentar:

  1. Sepertinya gaya nulismu yang seperti ini baru kali ini dipakai ya :D

    BalasHapus
  2. hahaha, susah nih ga biasa. Nanti kalo ada tulisan model begini lagi (semoga saja ada :p) akan masuk ke label "delusional"

    BalasHapus