Minggu, 05 Februari 2012

Masih Sama Seperti Dulu


Adagium populer sastra klasik yang berbunyi bahwa "Cinta itu buta" sepertinya memang benar adanya. Saya teringat dengan seorang kawan yang kerap berkeluh kesah kepada saya mengenai wanita yang sangat dicintainya. Ia sering meminta saran dari saya menyoal kedekatannya dengan sang primadonanya ini. Suatu ketika dia akan tampak sangat sumringah ketika bercerita tentang bagaimana usahanya menuai respon positif. Sebaliknya, aura kegusaran dan wajah lesu akan lebih dominan ketika ikhtiarnya tak begitu digubris pujaan hatinya. Sebuah hal yang memang lumrah dan wajar bagi mereka yang tengah kasmaran.

Perbedaannya hanyalah pada kasus kawan saya ini, ia belum pernah sekalipun bertatap muka dengan sang pujaan hatinya itu. Keduanya "hanya" saling mengenal melalui situs jejaring sosial (sebut saja facebook) dan tak sekalipun pernah bersua, entah karena sebab apa. Padahal, sudah hampir setahun kawan saya ini berhubungan dengan wanita pujaannya itu. Akan jadi sedikit ironis karena kawan saya ini langsung meyakini bahwa wanita pujaannya itu adalah pasangan yang terbaik baginya. Takdir yang telah digariskan oleh langit, begitulah mungkin gambaran dia di mata kawan saya itu.

Sudah cukup lama kawan saya itu tak pernah berkeluh kesah lagi kepada saya, sebelum akhirnya seminggu yang lalu, ia akhirnya datang lagi dengan wajah muram. Ia kemudian berkisah kalau wanita pujaannya tak lagi sepaham dengannya. Primadonanya itu menyuruhnya untuk menjauh, dan mencari pengganti yang lebih baik dari dirinya. Sebuah hal yang sebenarnya tak bisa diterima begitu saja oleh kawan saya ini, lantaran dirinya telah memantapkan hatinya untuk sang primadona. Menerima segala kelebihan dan kekurangannya.

Melompat jauh ke kota Turin, di Italia sana, saya menemukan kejadian yang hampir serupa. Tentang bagaimana rasa cinta seorang Alessandro Del Piero terhadap klub yang telah membesarkan namanya, Juventus.

Desember silam, pidato dari Andrea Agnelli, pemilik Juventus, pada rapat pemegang saham Juventus boleh jadi adalah salah satu pidato yang paling tidak ingin didengar oleh Del Piero sepanjang hidupnya. Bagaimana tidak, dalam pidatonya itu, Agnelli mengabarkan bahwa kontrak Il Pinturrichio tak akan diperpanjang lagi dan musim ini adalah musim terakhir baginya berseragam putih-hitam milik Juventus. Mengagetkan, bahkan untuk saya yang sejatinya bukan seorang tifosi Juventus.

Del Piero memang sudah tak muda lagi. Kehebatan fisik dan skillnya mungkin telah mengalami amortisasi seiring dengan pertambahan usia. Jauh dibanding dengan masa-masa kejayaanya dulu. Akan tetapi kalau  menilik jejak 18 tahun pengabdiannya bersama La Vecchia Signora, tentunya ia masih layak untuk mendapat perpanjangan kontrak, setidaknya untuk setahun ke depan sebagai apresiasi atas loyalitas dan kecintaannya pada klub Italia tersebut.

Tak terhitung gelar yang sudah dipersembahkannya untuk Juventus. Pun begitu dengan jumlah gelontoran golnya yang sudah melampaui torehan 283 gol milik Giampiero Boniperti untuk menempatkannya sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa bagi Juventus. Masih segar juga dalam ingatan, ketika Juve tersandung skandal calciopoli dan mendapat hukuman degradasi ke Serie B, Del Piero adalah pemain yang pertama kali menyatakan kesetiaannya pada Si Nyonya Tua dan menolak mengikuti jejak rekan-rekannya yang hengkang seperti Zlatan Ibrahimovic dan Fabio Cannavaro.

Kini, ketika mengetahui cintanya tak berbalas manis, Ale tak lantas mengendorkan loyalitas dan kecintaannya pada Juventus. Segera setelah pidato mengenai masa depannya tadi diumumkan, melalui media ia berujar "Hanya ada Juventus dalam masa depan saya. Yang saya pikirkan hanya Serie A musim ini dan Bianconeri. Harapan saya kami bisa tampil bagus tahun depan setelah apa yang kami lakukan di 2011."

Beberapa minggu setelahnya, Del Piero langsung membuktikan kata-katanya. Selasa, tanggal 24 Januari silam, Il Pinturicchio membukukan sebuah gol yang turut serta mengantarkan Juventus mengalahkan AS Roma dalam laga perempatfinal Coppa Italia. Sebuah gol yang lantas ia dedikasikan untuk Keluarga Agnelli, klan pemilik Juventus, yang menurutnya telah berjasa besar atas perjalanan karirnya di Juventus. Sebuah bukti cinta yang lagi-lagi ditujukannya untuk klub yang membesarkan namanya ini.

Bagi saya, Del Piero adalah salah satu contoh dari segelintir pemain yang mampu menempatkan kepentingan klub di atas segalanya. Loyalitas dan totalitasnya kepada Juventus tak perlu disanggah lagi. Melulu karena ia terlanjur cinta kepada Juventus, klub yang telah membesarkan namanya. Cinta yang kemudian membuatnya "buta" dan tak mampu berpaling ke lain hati.

Kembali pada kawan saya tadi, ia bertutur bahwa hingga saat ini dirinya masih belum bertatap muka dengan wanita idamannya itu. Menyoal apa sebabnya, saya tak kuasa bertanya. Saya hanya tak ingin terlalu ikut campur tangan lebih dalam mengenai tetek bengek persoalannya dengan pujaan hatinya itu. Saya lalu mencoba menghiburnya dan mengajukan sebuah pertanyaan mengenai bagaimana kadar perasaannya kini ketika cintanya justru tak berbalas. Ia pun menjawab singkat, "Masih sama kok, seperti dulu", yang sedikit banyak menggambarkan bagaimana ia begitu mencintai wanita pujaannya itu.

Hmm, kadang cinta memang benar-benar buta. Apalagi jika ia telah turun ke hati yang paling dalam. Bukan begitu, kawan?


Adios - Gale

2 komentar:

  1. lu kok gak curhat juga?, kan lu cinta buta jg :p.
    apa jgn2 ini pengalaman pribadi lu gal!. haha..

    BalasHapus
  2. kagak ron. pengalaman gw nanti aja gw jadiin buku "kisah pahit tuna asmara" hahaha

    BalasHapus