Jumat, 16 November 2012

Menanti Reuni Bambang - Ellie


Dalam segala hal, manusia memang telah dikodratkan untuk hidup berpasang-pasangan. Dan kadang-kadang, karena keberadaan pasangan lah, seseorang akhirnya mampu mengeluarkan potensi terbaik yang ada di dalam dirinya.

Sid Vicious mungkin tak akan sesableng seperti yang kita kenal sekarang andai ia tak pernah mengenal Nancy Spungen. Alan Budikusuma dan Susi Susanti juga saling tahu, bahwa mereka tak jadi raja dan ratu dunia tepok bulu melulu karena bakat yang mereka miliki, tetapi juga berkat dukungan yang berjalan timbal balik antar keduanya.

Sepakbola pun demikian. Meski dalam koridor yang agak berbeda, kancah lapangan hijau selalu memiliki kisah unik tentang pasangan-pasangan yang menjadi protagonis dalam melodrama bernama sepakbola.

Sabtu, 10 November 2012

Terpelajar Sejak Dalam Pikiran


Pramoedya Ananta Toer, maestro sastra Indonesia, pernah menyerukan dalam bukunya yang berjudul Bumi Manusia, bahwa manusia yang terpelajar sudah selayaknya berlaku adil sejak dalam pikiran dan  perbuatan, kepada siapapun tanpa terkecuali. Mengikuti perbuatan umum yang sudah lama salah kaprah, ataupun menjustifikasi manusia lain secara bias berdasarkan faktor-faktor yang tak materiil dengan pokok permasalahan, adalah perbuatan yang tak mencerminkan hal tersebut. Sebab yang baik harus tetap dinilai baik, dan yang salah harus tetap dikatakan salah.

Tapi pada kenyataannya tidak demikian. Tapi kenyataannya kebanyakan manusia memang suka begitu, tak peduli dia terpelajar atau tidak. Ambil contoh saja bagaimana PSSI menyikapi kasus penganiayaan yang menjerat salah satu punggawa timnas, Diego Michiels. Sesaat setelah jongeren yang dinaturalisasi dari Belanda untuk membela tim nasional itu dinyatakan sebagai tersangka, PSSI malah membikin langkah komedi dengan cuma memberikan denda sebesar Rp 500.000,00 tanpa hukuman skorsing apapun kepadanya. Entah atas tendensi apa PSSI melakukan hal tersebut, tapi yang jelas, sanksi yang diberikan kepada Diego itu jelas tidak mencermikan perilaku adil sejak dalam pikiran seperti yang dimaksud Pram.

Minggu, 04 November 2012

Teman Tapi Gooner


Bubar menyaksikan pertandingan Manchester United melawan Arsenal semalam membikin saya jadi teringat dengan seorang teman. Seorang teman yang boleh jadi adalah satu-satunya gooner sejati yang pernah saya kenal sepanjang hidup saya. Teman saya itu bernama Taufik. Taufik Dian Syafi'ie lengkapnya.

Bukan asal tuduh kalau saya menyebut Taufik sebagai seorang gooner sejati. Okelah saya mungkin tidak tahu sejak kapan dia mulai benar-benar menggandrungi tim asal London Utara tersebut, tapi sejak pertemuan pertama saya dengannya, dia memang sudah jadi gooner. Taufik punya pernak-pernik bertemakan Arsenal dalam segala hal. Dari mulai topi untuk dipakai di ujung rambut, jersey berukirkan meriam di dada kiri, ransel berukuran sedang dengan aksara bertuliskan Arsenal di panel depannya, sampai dengan miniatur logo Arsenal dalam benuk gantungan kunci dan stiker.