Dalam segala hal, manusia memang telah dikodratkan untuk hidup
berpasang-pasangan. Dan kadang-kadang, karena keberadaan pasangan lah,
seseorang akhirnya mampu mengeluarkan potensi terbaik yang ada di dalam
dirinya.
Sid Vicious mungkin tak akan sesableng seperti
yang kita kenal sekarang andai ia tak pernah mengenal Nancy Spungen.
Alan Budikusuma dan Susi Susanti juga saling tahu, bahwa mereka tak jadi
raja dan ratu dunia tepok bulu melulu karena bakat yang mereka miliki,
tetapi juga berkat dukungan yang berjalan timbal balik antar keduanya.
Sepakbola
pun demikian. Meski dalam koridor yang agak berbeda, kancah lapangan
hijau selalu memiliki kisah unik tentang pasangan-pasangan yang menjadi
protagonis dalam melodrama bernama sepakbola.
Bagi yang
besar di era 90-an tentu tak asing lagi dengan hikayat mengenai duet
maut Alessandro Del Piero dan Pippo Inzaghi di garda depan penyerangan
Juventus yang terkenal dengan julukan Del-Pippo. Begitu pun dengan fans Manchester
United yang tak akan pernah lupa dengan kebesaran tandem Andy Cole -
Dwight Yorke ketika mengantar tim mereka menyabet treble di musim
1998/1999. Dan jika kita menilik ke negeri sendiri, sepertinya tidak ada
sosok lain yang layak disebut sebagai "pasangan emas" selain tandem
sehati antara Bambang Pamungkas dengan Ellie Aiboy.
Bepe mungkin tak akan pernah dikenal sebagai pemain lokal dengan kemampuan finishing kepala paling mematikan andai ia tak menerima crossing-crosing memanjakan dari seorang Ellie. Pun begitu dengan Ellie yang mungkin saja hanya akan menjadi pemain dengan crossing
anti gravitasi seperti Bebe (yeah, that Bebe) jika ia tak bertemu
pemain seperti Bambang yang selalu siap sedia menadah umpan menyilangnya
dengan lompatan vertikal plus heading akurat. Singkat kata, keduanya adalah senyawa yang saling mengisi dan melengkapi satu sama lain.
Meski cuma menjalani kebersamaan selama lima musim (2002 - 2006), keharmonisan dan saling pengertian antar keduanya jauh lebih baik daripada hubungan Raffi Ahmad dan Yuni Shara yang putus nyambung tak jelas rimbanya itu. Dalam lima musim tersebut, tak terhitung berapa banyak kombinasi yang dibentuk keduanya demi mengoyak jala lawan.
Meski cuma menjalani kebersamaan selama lima musim (2002 - 2006), keharmonisan dan saling pengertian antar keduanya jauh lebih baik daripada hubungan Raffi Ahmad dan Yuni Shara yang putus nyambung tak jelas rimbanya itu. Dalam lima musim tersebut, tak terhitung berapa banyak kombinasi yang dibentuk keduanya demi mengoyak jala lawan.
Persija
Jakarta, Timnas Indonesia, dan Selangor FC adalah tim-tim yang pernah
merasakan tuah emas dari pasangan ini. Gol demi gol, assist demi assist
rajin ditorehkan oleh Bepe - Ellie bagi tim-tim tersebut. Tapi meskipun
demikian, di Selangor FC lah keduanya menemukan masa kejayaan.
Bermula
dari kepindahan Bepe ke Selangor pada tahun 2005, Ellie yang waktu itu
niatnya hanya mengantar kepergian sahabat baiknya, malah ditawari trial
oleh manajemen Selangor. Dasar jodoh, Ellie pun dianggap mumpuni dan
akhirnya dikontrak oleh Selangor memanfaatkan satu slot jatah pemain
asing yang masih dimiliki Tim Gergasi Merah.
Selanjutnya adalah sejarah.
Kombinasi keduanya di musim perdana menghadirkan kegemparan bagi publik Malaysia. Selangor FC langsung diantar meraih treble winners,
menyapu bersih semua gelar yang tersedia dalam kompetisi sepakbola
Malaysia. Bepe sendiri meledak dengan total 39 gol dari 42 pertandingan
di semua kompetisi pada musim itu. Mayoritas dari golnya tersebut,
berasal dari signature move antara dirinya dengan Ellie yang sangat khas itu. Makanya, gelar top scorer dan player of the year yang disabet Bambang pada musim itu, harus diakui adalah berkat andil partnership-nya dengan Ellie juga.
Satu
gol yang paling monumental dan paling diingat tentu saja adalah
kombinasi keduanya saat membantu Selangor menghantam Perak FC dalam laga
final Piala FA Malaysia tahun 2005.
Memasuki menit ke
41, Bambang, yang baru beberapa detik kembali ke lapangan setelah
mengganti celananya yang robek, menerima sodoran bola dari lini tengah
dengan keadaan seragam yang masih serampangan. Mengetahui Ellie tengah
berlari membuka ruang di flank kanan, umpan terobosan manis
dilepaskan Bepe kepadanya. Ellie yang seolah tahu jalan pikiran dari
kompatriotnya itu, kemudian membawa bola hingga mendekati byline sebelum melepas crossing melengkung ke tiang jauh. Bepe, yang masih dengan keadaan seragam seperti orang habis hangover, menyelinap masuk ke kotak penalti untuk menghantam bola dengan sebuah diving header
menawan. Gol, dan Stadion Shah Alam pun meledak dalam keriuhan dan suka
cita. Nama keduanya pun didengung-dengungkan sebagai pahlawan di
seantero stadion.
Bambang dan Ellie, tak bisa
dipungkiri, meski cuma dua musim merumput di Selangor, telah menjelma
menjadi santo bagi fans Selangor FC. Saya yakin di kemudian hari, kisah
dan gol-gol mereka berdua akan selalu menjadi dongeng yang paling
menyenangkan untuk diceritakan oleh pendukung-pendukung Selangor FC
kepada anak cucunya kelak.
Pada tahun 2007, setelah
menjalani dua musim yang penuh gegap gempita bersama The Red Giants,
Bambang dan Ellie memutuskan untuk pulang kampung ke Indonesia. Dan
sejak saat itu, keduanya tak pernah bersatu lagi dalam tim yang sama.
Sejak saat itu juga, tidak pernah ada lagi pasangan emas Bambang - Ellie
mengoyak jala lawan dengan signature move khas mereka.
Bambang memutuskan kembali ke tim home grown-nya,
Persija Jakarta, sementara Ellie sempat melanglang buana ke Arema,
PSMS, hingga Persidafon Dafonsoro, sebelum akhirnya kembali ke klub yang
membesarkan namanya, Semen Padang. Dengan Ellie yang mulai kalah
bersaing dengan talenta-talenta muda dalam memperebutkan posisi di
timnas, praktis CLBK antara keduanya juga gagal terjadi pada level
timnas.
Namun kini, setelah bertahun-tahun berpisah,
duet Bambang - Ellie dipastikan akan melakukan reuni. Sebuah reuni yang
boleh jadi tak akan pernah terlaksana, terimakasih atas dualisme dan
konflik-konflik yang tak pernah berhenti mengerami sepakbola kita, andai
pemain-pemain yang merumput di ISL dierbolehkan memperkuat timnas oleh
KPSI.
Soal skill dan kemampuan fisik, keduanya mungkin
sudah tak sebaik pada masa jayanya dulu. Akan tetapi soal pengalaman
dan kepemimpinan, keduanya adalah filsuf lapangan hijau yang paling
layak mengemban tanggung jawab untuk membimbing pemain-pemain muda minim
jam terbang yang mengisi mayoritas jajaran skuad timnas kali ini.
Berharap
duet Bambang - Ellie mampu mengatrol permainan timnas untuk sampai ke
tangga juara sepertinya adalah hal yang kelampau muluk jika melihat
kondisi timnas yang agak memprihatinkan seperti sekarang ini, meskipun,
tidak ada salahnya juga sekedar menaruh harapan yang baik bagi timnas.
Akan tetapi kalau berharap untuk sekedar menyaksikan komentator pertandingan berteriak : " ...Ellie
Aiboy berlari sendirian di sisi kiri pertahanan lawan.... crossing saja
langsung ke dalam kotak penalti, daaaannnn...... GOOOOLLLL!! Bambang
Pamungkas berhasil memanfaatkan crossing dari Ellie Aiboy. Indonesia
memimpin untuk sementara..." sepertinya bukan sebuah hal mustahil untuk kesampaian.
Dan
saat hal itu benar-benar terjadi, giliran Stadion Bukit Jalil yang akan
pecah oleh keriuhan. Keriuhan bernama "nostalgia yang manis".
Adios - Gale
Tidak ada komentar:
Posting Komentar