Selasa, 10 Januari 2012

Diego Michiels, Pelanduk Sepakbola Indonesia


Hidup adalah melulu soal pilihan, pun begitu yang terjadi dalam dunia sepakbola. Setiap entitas di dalamnya diberi macam-macam opsi, untuk kemudian berhak memilih salah satunya, yang diyakininya sebagai yang paling baik. Sesederhana itulah yang juga sedang dilakukan seorang Diego Michiels, pemuda keturunan Belanda yang memilih jadi Warga Negara Indonesia demi untuk mengenakan seragam kebesaran tim nasional dengan lambang garuda di dada sebelah kiri.

Pilihannya untuk mengundurkan diri sekaligus membatalkan kontraknya dengan Pelita Jaya secara sepihak, untuk kemudian menyeberang ke klub Liga (yang mengaku) Profesional bikinan PSSI sejatinya adalah tindakan yang mencederai nilai-nilai luhur sportifitas dan profesionalisme secara telak. Tentunya apabila tindakan Diego itu dilakukan bukan di ranah sepakbola Indonesia, dimana dualisi dan perpecahan sedang menjadi tren, dapat dipastikan bahwa Diego terancam sanksi mahaberat, entah dari klub, federasi sepakbola, atau bahkan dari FIFA sekalipun.

Diego, sedari awal sudah menegaskan bahwa ihwal pengunduran dirinya adalah melulu demi menyelamatkan kesempatannya membela tim nasional Indonesia. Bermain di Pelita Jaya, dalam kompetisi yang dicap ilegal oleh PSSI tentu menurut Diego bukanlah hal bagus buat kelangsungan karir nasionalnya. Meskipun sejatinya Indonesian Super League, kompetisi yang dikecimpungi Pelita Jaya, punya kualitas setingkat atau bahkan dua tingkat di atas Liga Prima Indonesia, liga yang katanya profesional itu.

Harus dicatat, bahwa keputusan Diego untuk jauh-jauh merantau dari benua Eropa ke negara tanah leluhurnya adalah demi niatnya mengenakan seragam kebesaran tim nasional Indonesia. Maka ketika dia dihadapkan pada buah simalakama dengan dua opsi, yakni membelot dari Pelita Jaya untuk menyelamatkan kans-nya memperkuat timnas atau memilih menghormati kontraknya di Pelita Jaya dengan konsekuensi kehilangan kesempatan membela timnas sampai jangka waktu yang tidak diketahui, cukup realistis bila kemudian ia memilih opsi yang pertama.

Hidup adalah soal pilihan, dan setiap pilihan pasti memiliki konsekuensi yang harus ditanggung akibat dari setiap pilihan yang telah dibuat. Kini Diego Michiels tengah menyongsong konsekuensi dari pilihannya, Pelita Jaya konon siap untuk memperkarakan Diego ke meja hijau, sekaligus melaporkan kasus Diego ke FIFA, sebagai induk organisasi sepakbola seluruh dunia.

Apabila hanya melihat dari kacamata hukum positif, sudah barang tentu kalau Diego adalah sang pelaku kejahatan yang melanggar aturan soal kontrak kerja dengan klub sepakbolanya. Dapat dipastikan juga, bahwa Diego adalah pihak yang sangat layak untuk mendapat hukuman sesuai dengan apa yang diperbuatnya. Akan tetapi dalam kondisi sepakbola Indonesia, dengan pelbagai macam intrik dan kekisruhan di dalamnya saat ini, saya malah melihat Diego sebagai seorang korban. Korban dari sebuah perang besar memperebutkan kekuasaan, oleh dua kubu yang sama-sama mengaku sebagai pihak yang paling layak mengurusi sepakbola Indonesia.

Ibarat pepatah "Gajah bertarung sama gajah, pelanduk mati di tengah-tengah", Diego dan juga segenap pemain sepakbola yang kadung berkecimpung di dalam lingkaran setan sepakbola Indonesia, sedang menghadapi perannya sebagai pelanduk. Pelanduk di antara dua gajah yang tengah bertarung, yakni gajah jenggala dan gajah rezim lawas. Ya benar, sepakbola Indonesia telah berubah jadi medan perang sekarang ini, lengkap dengan segala macam drama di dalamnya, dan kisah Diego ini hanyalah salah satunya.

Dalam segala macam perang, sudah tentu gugurnya pelanduk-pelanduk adalah sesuatu yang lumrah, dan dalam perang yang entah kapan akan berakhirnya ini, kita tak pernah tahu berapa banyak lagi pelanduk yang akan digugurkan. Tapi pastinya harapan kita semua sebagai penikmat sepakbola nasional tentu saja sama, supaya tidak ada lagi Diego-Diego lain yang digugurkan sebagai pelanduk, dan sepakbola bisa bangkit lagi untuk meraih mimpi-mimpi besarnya. Semoga!


===================================================================
~tanbihat : Luis Figo pernah memilih hengkang dari Barcelona demi bergabung ke Real Madrid, rival abadi Barcelona. Alan Smith dan Rio Ferdinand pun pernah menyeberang dari Leeds United ke Manchester United, sang musuh bebuyutan. Baik Figo, Ferdinand, maupun Smith, memilih hengkang ke kubu musuh tentu bukan hal mudah untuk diputuskan. Label sebagai pengkhianat harus siap mereka sandang setiap kali berjumpa dengan klub lawasnya. Mungkin begitu juga yang akan menimpa Diego kelak, tapi sebagai pihak yang cuma bisa melihat dari kejauhan soal konflik yang berlangsung, mari doakan agar yang terbaik akan dilimpahkan bagi seorang Diego Michiels. Semoga!

Adios - Gale

Tidak ada komentar:

Posting Komentar