Minggu, 15 Januari 2012

Menikmati "Ruang Tunggu"


Menunggu adalah sesuatu yang membosankan sekaligus menyebalkan. Terlebih lagi apabila kedatangan mengenai yang ditunggu masih dalam area abu-abu alias belum jelas. Sialnya, saya sedang terjebak dalam keadaan seperti itu sekarang. Menunggu dalam ketidakpastian. Entah sampai kapan.

Setalah lulus dari pergulatan masa-masa kuliah yang boleh dikatakan cukup berat (ayolah, kalian pasti tahu definisi "berat" yang saya maksud), tentunya saya mengharapkan untuk bisa segera terjun ke dunia kerja yang akan membebaskan saya dari beberapa perbuatan merepotkan orang tua saya, yah setidaknya mereka tak perlu lagi memberi saya uang jajan jika saya sudah bekerja. Akan tetapi keadaan yang terjadi sungguh berbeda dengan apa yang saya bayangkan. Alih-alih segera mendapatkan pekerjaan, saya justru harus masuk dahulu ke dalam aula bernama "ruang tunggu", sebagai rangkaian prosesi sebelum saya ditahbiskan sebagai pegawai, nantinya.

Menyebalkan memang, padahal sesungguhnya saya ini bukanlah orang yang gemar apalagi ahli dalam hal tunggu-menunggu. Beberapa kali saya merasa jengah juga ketika cuma bisa berdiam duduk sembari menanti-nanti pintu di ujung lorong sana supaya terbuka, lalu muncullah orang yang akan memanggil nama saya, sebagai pertanda bahwa giliran saya untuk "menunjukan kebolehan" telah tiba. Mungkin begitu juga yang dirasakan Carlos Tevez ketika di awal-awal musim ini lebih sering diparkir di bangku cadangan, alih-alih menghiasi daftar starting line-up Manchester City dan berjibaku di tengah lapangan bersama rekan-rekannya.

Carlitos, begitu dia akrab disapa, adalah primadona bagi para fans Manchester City musim lalu. Dialah top scorer tim, sekaligus kapten yang kerap kali mengilhami kemenangan-kemenangan yang diraih The Citizen. Dia juga salah satu instrumen penting yang ikut mengantarkan City meraih gelar juara Piala FA dan membantu City finish di peringkat kedua EPL musim lalu. Sebanyak 20 gol yang dicetaknya di ajang EPL, sedikit banyak juga menggambarkan betapa kehadiran Tevez bagi City adalah fardhu 'ain hukumnya.

Semua berubah drastis musim ini. Kehadiran Kun Aguero yang langsung tancap gas dengan gelontoran gol-golnya, plus mengkilapnya permainan Edin Dzeko dan si rambut aneh Mario Balotelli membuat Tevez terpinggirkan dan harus rela mendapati fakta bahwa dirinya kini bukan lagi pemain utama. Sang primadona kini hanya diposisikan sebagai pemain pelapis yang harus duduk manis di bench sembari menunggu panggilan dari Roberto Mancini selaku pelatih, untuk sewaktu-waktu turun ke lapangan sebagai pemain pengganti.

Sayang, sepertinya Tevez juga bukan seorang yang ahli dalam hal tunggu-menunggu. Merasa jengah terus menerus dicadangkan, tanggal 27 September 2011 Tevez berontak. Ketika timnya sedang berhadapan dengan Bayern Muenchen di ajang Liga Champions, memasuki sepertiga terakhir pertandingan, Carlitos yang diminta Mancini untuk melakukan warming-up sebelum masuk sebagai pemain pengganti, malah menolak untuk turun ke lapangan sebagai bentuk protesnya kepada sang pelatih. Alih-alih bergegas melakukan pemanasan, Tevez justru duduk dengan angkuh sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

Kontan saja Mancini langsung naik pitam. Dalam konferensi persnya usai pertandingan, Mancio berujar: "If one player earns a lot of money, plays for Manchester City in the Champions League and he behaves like this, for me he can't play. Never. This can't happen in a top club when a player refuses to help his team-mates in an important match like tonight."

Masa depan Tevez seketika berubah suram. Dirinya dibekukan dari skuad, dan langsung masuk dalam daftar jual. Pintu keluar dari kota Manchester langsung dibuka lebar-lebar baginya. Fans yang semula mengagungkan dirinya, berbalik menghujatnya. Tevez dipersilahkan hengkang dan mencari klub baru yang mau menampungnya.

Ya, nasi sudah menjadi bubur, dan Tevez kini harus menghabiskan waktunya sebagai pengangguran secara de facto, sambil berharap-harap akan ada klub yang akan membebaskannya dari hal tersebut. Sedikit ironis memang, akibat ketidaksabarannya berada di "ruang tunggu" bernama bench pemain cadangan Manchester City, kini Tevez justru harus terdampar di "ruang tunggu" yang lain. Kini ia harus menunggu sampai ada klub lain yang bersedia menebusnya dari The Citizen agar dapat merasakan kembali aroma rumput pertandingan.

Apa yang dilakukan Tevez mungkin hanyalah reaksi berlebihan yang terjadi akibat kebosanan dan kejengahan yang dirasakannya akibat terlalu lama membusuk dalam "ruang tunggu". Sebagai pihak yang tengah berada dalam posisi demikian, ada baiknya saya tak berlaku mbalelo seperti yang dilakukan Tevez, kalau tak mau bernasib sama, atau bahkan lebih buruk dari beliau. Mungkin lebih baik bagi saya untuk mengisi fase menyebalkan ini dengan hal-hal yang bisa menghabisi kebosanan yang kadang coba-coba menyapa, salah satunya ya dengan menulis (baca: menyampah) di blog ini.

Menunggu mungkin memang menyebalkan, tapi tentu jauh lebih menyebalkan lagi ketika sesuatu yang kita inginkan tinggal beberapa jengkal lagi bisa kita raih, mendadak hilang tak berbekas begitu saja akibat ketidaksabaran kita. Pasti tidak ada orang menginginkan mengalami kejadian seperti itu, begitu juga dengan Tevez. Oleh sebab itu, kita mungkin harus belajar menghargai fase-fase "ruang tunggu" seperti ini, karena di luar sana, pasti masih banyak orang-orang yang tak seberuntung kita yang masih bisa menunggu dalam "ruang tunggu". Beberapa orang di luar sana, mungkin lebih sering menunggu di "ruang hampa", yang jauh lebih suram dibanding "ruang tunggu" milik kita. (Hmm, sepertinya saya sedang kerasukan Mario Teguh ketika menulis paragraf ini).

Kini bursa tranfer paruh musim sudah dibuka. Periode "ruang tunggu" bagi Tevez menyoal klub barunya kemungkinan akan segera berakhir. Mari beramai-ramai panjatkan doa bagi El-Apache supaya lekas menemukan pelabuhan terbarunya. Khusus doa dari saya sih, semoga ia bergabung ke Internazionale Milano, salah satu klub jagoan saya (amin ya Allah, tapi kalo enggak ya sudahlah). Terakhir, mari juga panjatkan doa bagi saya dan rekan-rekan saya yang juga senasib se-PENGANGGURAN seperti saya, agar lekas mendapatkan kejelasan soal masa depan kami. Supaya fase "ruang tunggu" ini cepat berakhir.

Berdoa... dimulai!!


Adios - Gale

Tidak ada komentar:

Posting Komentar